Kadin Ungkap Potensi Aset Danantara: Katalisator Investasi Nasional dengan Nilai Fantastis

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti potensi besar yang terkandung dalam aset Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), sebuah entitas yang diharapkan menjadi motor penggerak investasi nasional. Dengan portofolio aset yang signifikan, Danantara diproyeksikan mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi melalui investasi strategis.

Dalam forum bulanan yang diselenggarakan oleh Kadin Bidang Luar Negeri, Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, mengungkapkan bahwa aset yang dikelola Danantara mencapai sekitar US$ 900 miliar, atau setara dengan Rp 14.836 triliun (berdasarkan kurs Rp 16.485). Angka ini mencerminkan potensi besar yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong investasi di berbagai sektor.

Anindya menekankan pentingnya efisiensi dalam pengelolaan aset Danantara. Ia mencontohkan, peningkatan efisiensi sebesar 1% saja dapat menghasilkan tambahan US$ 10 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa optimalisasi kinerja Danantara akan berdampak signifikan terhadap perekonomian nasional.

Lebih lanjut, Anindya mengapresiasi pendekatan Danantara dalam mendorong tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Restrukturisasi dewan direksi dan komisaris menjadi lebih ramping dipandang sebagai langkah positif menuju peningkatan efisiensi dan efektivitas.

Kadin juga menyambut baik keterlibatan tokoh-tokoh penting dalam ekosistem Danantara, termasuk Chief Operating Officer (COO) Dony Oskaria, mantan Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani, dan Chief Investment Officer (CIO) Pandu Patria Sjahrir.

Selain membahas potensi Danantara, Anindya juga menyoroti perkembangan diplomasi ekonomi Indonesia di Amerika Serikat. Surplus perdagangan Indonesia dengan AS sebesar US$ 18 miliar dinilai berpotensi ditingkatkan melalui impor energi hingga US$ 40 miliar dalam bentuk minyak dan gas serta produk turunannya. Amerika Serikat juga berminat untuk meningkatkan impor dari Indonesia, termasuk kedelai, kapas, daging, dan susu. Proyeksi menunjukkan bahwa total ekspor impor antara kedua negara dapat meningkat signifikan dalam beberapa tahun mendatang.

Anindya meyakini bahwa Indonesia memiliki posisi strategis dalam peta global, terutama karena kekayaan mineral kritis seperti nikel, tembaga, dan bauksit. Sumber daya ini menjadi daya tarik bagi banyak negara dan dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

COO Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan perbedaan mendasar antara Danantara dan Sovereign Wealth Fund (SWF) negara lain. Danantara berfokus pada pengelolaan aset dan dividen dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bukan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini bertujuan untuk memisahkan risiko operasional BUMN dengan investasi yang dilakukan oleh Danantara.

Komunikasi publik yang efektif mengenai model bisnis Danantara sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman mengenai risiko investasi dan keterlibatan BUMN. Dengan pemahaman yang jelas, diharapkan Danantara dapat menjalankan perannya sebagai katalisator investasi nasional dengan optimal.