Di Usia 108 Tahun, Hakoishi, Tukang Cukur Legendaris Jepang, Raih Rekor Dunia

Di Usia 108 Tahun, Hakoishi, Tukang Cukur Legendaris Jepang, Raih Rekor Dunia

Shitsui Hakoishi, warga negara Jepang berusia 108 tahun, telah mencetak sejarah dengan dinobatkan sebagai tukang cukur perempuan tertua di dunia oleh Guinness World Records. Prestasi luar biasa ini diumumkan pada Jumat, 7 Maret 2025, oleh kantor berita AFP, sebuah bukti dedikasi dan keuletan yang luar biasa di usia senja. Meskipun usia lebih dari seabad telah berlalu, semangatnya untuk melayani pelanggan tetap berkobar, dengan tekad untuk terus berkarya hingga setidaknya mencapai usia 110 tahun. Kisah hidupnya yang inspiratif bukan hanya tentang usia panjang, tetapi juga tentang kegigihan, ketahanan, dan kecintaan yang mendalam terhadap profesinya.

Perjalanan karier Hakoishi dimulai sejak usia 14 tahun, saat ia mengambil kesempatan magang di sebuah salon di Tokyo atas tawaran ibu dari seorang temannya. Sejak saat itu, gunting dan silet menjadi sahabat setia dalam perjalanan hidupnya. Keterampilannya yang terampil dan dedikasi yang tak tergoyahkan membawanya hingga ke puncak karir, menerima pengakuan internasional sebagai tukang cukur perempuan tertua di dunia. Penghargaan ini disambut dengan penuh sukacita bersama kedua anaknya, seorang putri berusia 85 tahun dan seorang putra berusia 81 tahun, dalam sebuah perayaan di Kota Nakagawa, wilayah timur Tochigi. "Saya sangat bahagia. Hati saya penuh dengan rasa syukur," ungkap Hakoishi, menggambarkan perasaannya yang mendalam atas pencapaian ini.

Guinness World Records sendiri menjelaskan bahwa kategori tukang cukur tertua dibagi menjadi dua kategori, yaitu pria dan wanita. Rekor tukang cukur pria tertua sebelumnya dipegang oleh Anthony Mancinelli dari New York, yang bekerja hingga usia 107 tahun sebelum meninggal dunia. Hakoishi kini telah mengukir namanya di halaman sejarah, melampaui rekor sebelumnya dan membuktikan bahwa usia hanyalah angka.

Kisah Hidup yang Penuh Tantangan dan Keberhasilan

Perjalanan hidup Hakoishi tak lepas dari lika-liku kehidupan. Ia menikah di usia muda dan membuka salon bersama suaminya. Namun, suaminya harus menjalani wajib militer selama Perang Dunia II dan meninggal dunia. Tragedi berlanjut ketika salon yang juga menjadi rumah keluarganya hancur akibat pengeboman Tokyo oleh militer AS. Untungnya, Hakoishi dan anak-anaknya selamat karena telah mengungsi ke kampung halamannya di Nakagawa.

Setelah melewati masa-masa sulit tersebut, Hakoishi menunjukkan kegigihannya yang luar biasa. Beberapa tahun setelah perang, ia bangkit kembali dan membuka salon di Nakagawa, tempat ia masih melayani pelanggan hingga saat ini. Dedikasi dan keterampilannya telah menarik dan mempertahankan banyak pelanggan setia, bahkan beberapa di antaranya masih sering menelepon untuk membuat janji potong rambut. Saat ini, meskipun tinggal di panti jompo, ia tetap mampu mengurus dirinya sendiri dan mempertahankan semangatnya dalam bekerja. Puncaknya, pada Olimpiade Tokyo 2021, ia terpilih menjadi salah satu pembawa obor dan berjalan sejauh sekitar 200 meter, sebuah pencapaian yang memperlihatkan vitalitasnya di usia yang luar biasa.

Ketika ditanya tentang harapan di masa depan, Hakoishi menyatakan keinginannya untuk tetap bekerja keras hingga usia 110 tahun. Kegigihan dan semangatnya yang tak kenal lelah menginspirasi banyak orang, membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk mengejar mimpi dan meraih kesuksesan. Kisahnya menjadi bukti nyata bahwa semangat dan dedikasi dapat mengatasi segala rintangan, bahkan di usia senja sekalipun.