Industri Menjerit: Pasokan Gas Terhambat, Pertumbuhan Ekonomi Terancam
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti keluhan para pengusaha terkait sulitnya memperoleh pasokan gas untuk industri, meskipun pabrik mereka berlokasi di kawasan industri utama. Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin, Saleh Husin, mengungkapkan kekhawatiran bahwa kondisi ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Saleh menduga, ketidaksinkronan kebijakan antar kementerian dan lembaga menjadi penyebab utama masalah ini. Ia menilai, implementasi kebijakan harga gas untuk industri yang telah ditetapkan pemerintah pusat belum sepenuhnya diterima di lapangan, sehingga suplai gas terhambat dengan berbagai alasan. Saleh menekankan pentingnya menghilangkan ego sektoral demi kepentingan nasional.
Untuk mengatasi masalah ini, Saleh menyarankan Presiden Prabowo Subianto untuk melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi industri pengguna gas. Dengan demikian, Presiden dapat melihat langsung kondisi di lapangan dan mengambil tindakan yang diperlukan.
Kekhawatiran serupa juga diungkapkan oleh Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki). Asaki menyayangkan penurunan persentase Alokasi Gas untuk Industri Tertentu (AGIT) di Jawa Barat dan Jawa Timur oleh Perusahaan Gas Negara (PGN). Penurunan ini terjadi seiring dengan kebijakan perpanjangan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang disertai kenaikan harga gas menjadi 7 dollar per MMBTU.
Ketua Asaki, Edy Suyanto, menyatakan bahwa industri keramik semakin tertekan dengan kondisi ini. Besaran AGIT yang semakin kecil memaksa industri berproduksi dengan biaya gas yang lebih tinggi, sehingga menggerus daya saing industri keramik nasional. Edy menambahkan bahwa gangguan pasokan di hulu juga memperparah situasi, terutama di Jawa Timur.
Asaki berharap Kementerian ESDM dapat turun tangan untuk menengahi masalah defisit pasokan gas ini. Tanpa kelancaran pasokan gas, industri tidak dapat bertumbuh dan sulit untuk bertahan hidup dengan harga regasifikasi gas yang tinggi.
Dampak Nyata pada Pertumbuhan Ekonomi
Keterbatasan pasokan gas telah memberikan dampak nyata pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87 persen. Kondisi ini mengkhawatirkan, mengingat target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Tantangan dan Harapan Industri
Para pelaku industri berharap pemerintah dapat segera mengatasi masalah pasokan gas ini. Kepastian pasokan gas dengan harga yang terjangkau sangat penting untuk menjaga kelangsungan industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, kementerian, lembaga, dan pelaku industri, sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini.
Berikut adalah beberapa poin penting yang menjadi perhatian:
- Kesulitan pasokan gas bagi industri di pusat-pusat industri.
- Ketidaksinkronan kebijakan antar kementerian dan lembaga.
- Penurunan persentase Alokasi Gas untuk Industri Tertentu (AGIT).
- Kenaikan harga gas.
- Dampak pada daya saing industri dan pertumbuhan ekonomi.