Bulog Catatkan Rekor Serapan Beras Tertinggi dalam Sejarah, Pemerintah Optimistis Swasembada Pangan Tercapai

Perum Bulog mencatatkan pencapaian signifikan dengan menyerap lebih dari 2 juta ton beras dari petani lokal hingga 10 Mei 2025. Volume ini merupakan rekor tertinggi dalam periode Januari hingga Mei sepanjang sejarah 57 tahun lembaga tersebut. Capaian ini dinilai sebagai indikator positif terhadap upaya pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa pencapaian ini adalah sebuah lompatan eksponensial. Serapan beras yang biasanya dicapai dalam satu tahun penuh, kini berhasil dilampaui hanya dalam kurun waktu kurang dari lima bulan. Seluruh serapan tersebut, menurutnya, berasal dari produksi dalam negeri tanpa adanya impor beras medium sejak awal tahun 2025. Hal ini menunjukkan efektivitas kebijakan pemerintah dan kerja keras para petani.

Pada April 2025, Bulog mencatatkan rekor serapan bulanan tertinggi sepanjang sejarah dengan angka 1,06 juta ton. Saat ini, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Bulog mencapai 3,6 juta ton dan terus bertambah. Keberhasilan ini didukung oleh strategi penyerapan agresif yang dijalankan Bulog, sesuai dengan arahan Presiden.

Pemerintah juga telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah Kering Panen (GKP) menjadi Rp 6.500 per kilogram, dari sebelumnya Rp 6.000 per kilogram pada tahun 2024. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan nilai yang lebih wajar bagi petani, meningkatkan pendapatan mereka, dan memacu produksi beras nasional.

Bulog juga mengimplementasikan program Tim Jemput Gabah yang bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk penyuluh pertanian, Babinsa, kelompok tani, dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Selain itu, penggilingan padi skala kecil hingga besar juga dilibatkan untuk mempercepat proses pengadaan beras. Bulog memastikan akan terus menyerap beras hingga kapasitas maksimal, dengan penambahan kapasitas gudang sebesar 1,1 juta ton dan pembangunan 25 ribu gudang improvisasi.

Melimpahnya produksi beras juga menghadirkan tantangan terkait keterbatasan ruang penyimpanan. Untuk mengatasi hal ini, Presiden telah menginstruksikan pembangunan gudang darurat berumur 5-10 tahun dan menyiapkan gudang permanen di setiap desa. Langkah ini merupakan komitmen pemerintah untuk memastikan seluruh hasil panen petani dapat terserap dengan baik.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi beras nasional diproyeksikan mencapai 18,76 juta ton hingga Juni 2025. Sementara itu, laporan dari United States Department of Agriculture (USDA) memperkirakan produksi beras Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 34,6 juta ton, menjadikan Indonesia sebagai produsen beras terbesar di Asia Tenggara.

Dengan serapan lebih dari 2 juta ton hingga awal Mei, pemerintah optimis stok beras nasional dapat menembus 4 juta ton pada akhir bulan. Keberhasilan ini diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, tetapi juga memberikan kontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan global.

Daftar Pihak yang Terlibat

  • Perum Bulog
  • Petani Lokal
  • Menteri Pertanian
  • Presiden
  • Badan Pusat Statistik (BPS)
  • United States Department of Agriculture (USDA)
  • Penyuluh Pertanian
  • Babinsa
  • Kelompok Tani
  • Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
  • Penggilingan Padi Skala Kecil Hingga Besar

Kebijakan Terkait

  • Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
  • Program Tim Jemput Gabah
  • Pembangunan Gudang Darurat dan Permanen