UAS Ungkap Alasan Enggan Pimpin Salat Istisqa Saat Karhutla Melanda Riau
markdown Ustaz Abdul Somad (UAS) mengungkapkan alasan pribadinya mengapa ia selalu menolak tawaran untuk menjadi imam salat Istisqa saat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda Provinsi Riau. Pengakuan ini disampaikan dalam sebuah kajian subuh di Mapolda Riau, yang mengangkat tema tentang hubungan antara manusia dan alam dari perspektif agama dan sains.
Acara tersebut turut dihadiri oleh Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan dan Rocky Gerung, yang memberikan pandangannya tentang alam dari sudut pandang ilmiah. Dalam kesempatan itu, UAS mengawali ceramahnya dengan membahas tentang Islam dan pentingnya menanam pohon, sebuah inisiatif yang sedang digalakkan oleh Kapolda Riau. Ia menjelaskan bahwa seseorang yang masuk Islam harus melalui proses syahadat.
UAS kemudian menjelaskan bahwa dalam Islam, Tuhan itu abstrak, tidak berbentuk, tidak kelihatan, dan tidak tersentuh. Tuhan bukan berupa fisik, bukan patung, kayu, batu dan lain sebagainya. Namun, Al-Quran menggambarkan bahwa iman itu seperti pohon kayu yang baik, akarnya menghujam ke tanah dan pucuknya ke langit, sebagaimana tertulis dalam QS Ibrahim:24.
Setelah seseorang menjadi Muslim, UAS menjelaskan bagaimana seorang muslim beriman kepada Tuhannya. Menurutnya, keimanan seseorang dalam Islam digambarkan dengan sesuatu yang tampak. "Sesuatu yang abstrak dalam Islam digambarkan dengan sesuatu yang kelihatan. Cinta, cinta itu tidak kelihatan, bagaimana menggambarkan cinta, maka mesti digambarkan sesuatu dengan yang kelihatan. Maka muncullah ungkapan 'cintamu seperti air di daun keladi, setelah tumpah tidak meninggalkan bekas', begitulah biasanya orang yang kecewa (terhadap cinta)," paparnya.
UAS mengutip sebuah ayat yang menggambarkan keimanan seseorang dengan pohon. Nabi Muhammad SAW mengajarkan seseorang tentang keimanan dan kaitannya dengan pohon. UAS menganalogikan iman dengan pohon, meskipun Nabi Muhammad SAW hidup di gurun pasir yang sulit ditumbuhi pohon.
UAS kemudian menyinggung ajaran Islam tentang menanam pohon untuk mendapatkan pahala dan sedekah. Ia berkelakar tentang orang yang menanam pohon plastik di ruang tamu, berbeda dengan Mapolda yang menanam pohon asli.
Selanjutnya, UAS menceritakan tentang dosa memotong pohon sidr di gurun pasir pada zaman Rasulullah SAW. Ia menjelaskan bahwa orang yang memotong pohon sidr yang menjadi tempat bernaung unta atau musafir akan disungkurkan kepalanya ke dalam api neraka.
UAS kemudian mengungkapkan alasan mengapa ia selalu menolak tawaran menjadi imam salat Istisqa saat karhutla melanda. "Makanya saya, Bang Rocky, sejak dari musim-musim asap dulu, karhutla kebakaran hutan dan lahan tidak pernah sekalipun mau diminta jadi imam salat istisqo minta hujan. Nggak pernah sekalipun, kenapa saya tidak pernah mau, karena yang membakar itu ikut salat," ujarnya.
Menurut UAS, membakar hutan adalah kejahatan yang sangat besar. Ia berpendapat bahwa orang yang membakar hutan seringkali ikut dalam salat Istisqa, sehingga ia merasa tidak pantas untuk menjadi imam. UAS juga khawatir jika hujan tidak turun setelah salat Istisqa yang ia pimpin, maka ia akan disalahkan, padahal kesalahan sebenarnya terletak pada orang-orang yang membakar hutan.
UAS menekankan bahwa kejahatan membakar hutan adalah kejahatan yang luar biasa, dan ia tidak ingin terlibat dalam ritual salat yang dilakukan oleh orang-orang yang melakukan kejahatan tersebut.