Insiden Laut Merah: Jet Tempur AS Kembali Hilang, Kegagalan Pendaratan Picu Kecelakaan
Insiden Laut Merah: Jet Tempur AS Kembali Hilang, Kegagalan Pendaratan Picu Kecelakaan
Washington D.C. – Angkatan Laut Amerika Serikat kembali menghadapi insiden serius setelah sebuah jet tempur F/A-18F Super Hornet jatuh ke Laut Merah pada hari Selasa (6/5/2025). Kecelakaan ini terjadi saat pesawat tersebut berupaya mendarat di kapal induk USS Harry S Truman.
Menurut laporan yang beredar, insiden ini dipicu oleh kegagalan sistem penangkap (arresting gear) pada pesawat. Sistem ini seharusnya mengaitkan kabel penahan di dek kapal induk untuk memperlambat dan menghentikan pesawat saat mendarat. Namun, dalam kejadian ini, pengait ekor pesawat gagal berfungsi, menyebabkan pesawat terus meluncur melewati dek dan akhirnya jatuh ke laut.
"Proses penangkapan gagal, sehingga pesawat meluncur dan jatuh ke laut," ujar seorang pejabat pertahanan kepada US Naval Institute, dikutip dari kantor berita AFP.
Kedua awak pesawat, yang terdiri dari pilot dan perwira sistem senjata (weapon systems officer), berhasil selamat dari insiden ini. Mereka berhasil keluar dari pesawat menggunakan kursi pelontar sebelum pesawat menghantam air. Tim penyelamat segera dikerahkan untuk mengevakuasi kedua awak tersebut ke tempat yang aman.
Insiden ini menambah daftar panjang masalah yang dihadapi oleh Angkatan Laut AS terkait dengan operasi penerbangan dari kapal induk. Sebelumnya, pada akhir tahun 2024, sebuah jet tempur F/A-18 yang juga beroperasi dari USS Harry S Truman secara tidak sengaja ditembak jatuh oleh kapal penjelajah rudal USS Gettysburg. Meskipun insiden itu tidak menimbulkan korban jiwa, namun menyoroti risiko dan kompleksitas operasi militer di lingkungan yang sibuk dan berpotensi berbahaya.
USS Harry S Truman saat ini merupakan salah satu dari dua kapal induk AS yang ditempatkan di wilayah Timur Tengah. Kapal ini telah terlibat dalam berbagai misi militer, termasuk operasi melawan kelompok Houthi di Yaman sejak Maret 2025. Kelompok Houthi dituduh mengancam keamanan pelayaran di Laut Merah, dan kehadiran kapal induk AS di wilayah tersebut bertujuan untuk memberikan stabilitas dan keamanan maritim.
Peristiwa ini terjadi di tengah upaya mediasi yang sedang berlangsung antara AS dan kelompok Houthi. Mediator Oman baru-baru ini mengumumkan bahwa kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan gencatan senjata, yang diharapkan dapat meredakan ketegangan dan membuka jalan bagi solusi politik yang lebih permanen.
Daftar Kerugian:
- Satu unit jet tempur F/A-18F Super Hornet senilai $67 juta USD (sekitar Rp 1 triliun).
- Potensi kerusakan lingkungan akibat dampak jatuhnya pesawat ke laut.
- Gangguan operasional dan logistik bagi USS Harry S Truman dan gugus tugasnya.
Penyelidikan:
Angkatan Laut AS telah mengumumkan akan melakukan penyelidikan menyeluruh untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan tersebut. Penyelidikan ini akan mencakup pemeriksaan terhadap catatan pemeliharaan pesawat, data penerbangan, dan wawancara dengan awak kapal dan personel terkait. Hasil penyelidikan diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
Implikasi:
Insiden ini dapat berdampak pada strategi militer AS di Timur Tengah. Kehilangan pesawat tempur akan mengurangi kemampuan proyeksi kekuatan AS di wilayah tersebut. Selain itu, insiden ini dapat meningkatkan tekanan pada Angkatan Laut AS untuk meningkatkan keselamatan penerbangan dan memastikan bahwa peralatan dan personel mereka siap untuk beroperasi dalam kondisi yang sulit.
Kecelakaan ini menjadi pengingat akan risiko yang melekat dalam operasi militer, terutama di lingkungan yang kompleks dan bergejolak seperti Timur Tengah. Hal ini juga menyoroti pentingnya pelatihan, pemeliharaan, dan prosedur keselamatan yang ketat untuk meminimalkan risiko dan melindungi nyawa personel militer.