Tragedi di SMP Katolik Angelus Custos: Siswa Tewas Akibat Sengatan Listrik Saat Libur Sekolah
Tragedi mengguncang SMP Katolik Angelus Custos di Surabaya, seorang siswa kelas XI berinisial SSH (15) tewas akibat sengatan listrik pada Jumat, 28 Maret 2025. Insiden nahas ini terjadi saat korban bersama teman-temannya berada di sekolah saat hari libur untuk mengerjakan tugas sekolah.
Menurut keterangan dari Tim Advokasi Ikatan Alumni (IKA) Yayasan Mardiwiyata, SSH awalnya berencana mengerjakan tugas Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di rumah salah seorang temannya. Namun, guru yang bersangkutan menyarankan agar tugas tersebut dikerjakan di sekolah pada tanggal 25 Maret 2025. Korban sempat menolak usulan tersebut dengan alasan yang tidak diungkapkan secara detail. Meski begitu, pihak sekolah tetap mengantisipasi kedatangan SSH dan kelompoknya dengan menyiapkan ruangan. Laboratorium sekolah sempat dibuka pada tanggal 25 Maret, namun tidak digunakan. Pada hari Jumat, 28 Maret 2025, saat sekolah dalam keadaan libur, SSH dan teman-temannya datang ke sekolah.
Diduga, karena akses masuk melalui pintu depan tidak memungkinkan, mereka memilih jalur alternatif melalui pintu belakang yang juga merupakan akses menuju asrama SMA Frateran. Setelah menyelesaikan tugas PJOK, SSH berniat untuk berpindah lokasi dengan melompati pagar di dekat mesin outdoor AC sekolah. Namun, upaya tersebut tidak berhasil, dan korban mencoba melalui pagar samping. Tragisnya, saat itu kondisi cuaca baru saja selesai hujan dan terdapat genangan air. Tanpa disadari, SSH menginjak kabel AC yang terkelupas isolasinya dan langsung tersengat aliran listrik. Saat kejadian, tangan SSH sempat memegang pagar besi di dekat mesin AC. Teman-temannya awalnya mengira korban sedang bercanda, namun kemudian SSH terjatuh dan diduga kepalanya terbentur pagar atau ubin akibat sengatan listrik tersebut.
Ayah korban, Tanu, membenarkan bahwa putranya memang berencana mengerjakan ujian praktik PJOK bersama teman-temannya pada hari kejadian. Ia menjelaskan bahwa SSH dan teman-temannya tiba di sekolah sekitar pukul 11.23 WIB, saat sekolah dalam keadaan libur. Karena akses tangga menuju kelas ditutup dan lapangan digunakan oleh siswa SMA, mereka memutuskan untuk mengerjakan tugas di rooftop. Tanu mengungkapkan bahwa anaknya tersengat listrik saat menginjak kabel AC yang terkelupas. Korban sempat berteriak "aku kesetrum" dan kemudian terdiam selama sekitar 40 detik sebelum akhirnya terjatuh dan kepalanya terbentur pagar. SSH segera dilarikan ke RS Adi Husada oleh teman-temannya, namun nyawanya tidak dapat diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 12.35 WIB. Sang ayah mengungkapkan bahwa saat memandikan jenazah putranya, ia menemukan luka di kaki, bercak merah di punggung, dan bintik-bintik merah di lengan korban, yang diduga akibat putusnya urat syaraf akibat sengatan listrik tersebut.