Paus Leo XIV Lantunkan Seruan Perdamaian Global dari Vatikan: Fokus pada Konflik Ukraina dan Gaza

Paus Leo XIV, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, menyampaikan seruan mendesak untuk perdamaian di seluruh dunia, dengan penekanan khusus pada konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan Gaza. Seruan ini disampaikan dari balkon Basilika Santo Petrus, Vatikan, di hadapan puluhan ribu umat Katolik yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Minggu (11/5/2025). Penampilan publik ini merupakan yang kedua kalinya sejak Paus Leo XIV terpilih sebagai Paus ke-267 pada tanggal 8 Mei 2025.

Suasana Lapangan Santo Petrus dipenuhi dengan semangat dan harapan. Para peziarah dari berbagai belahan dunia melambaikan bendera, menyanyikan lagu-lagu pujian, dan menyambut hangat pemimpin baru Gereja Katolik. Paus Leo XIV, yang merupakan Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat, membuka pidatonya dengan sapaan hangat, "Saudara-saudari terkasih, selamat hari Minggu!", yang disambut dengan sorak sorai dan tepuk tangan meriah.

Dalam pidatonya, Paus Leo XIV menyoroti pentingnya perdamaian di tengah konflik global yang terus berlanjut. Ia mengingatkan dunia akan peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, menekankan perlunya belajar dari sejarah dan mencegah terulangnya tragedi serupa. Menggemakan seruan pendahulunya, Paus Fransiskus, Paus Leo XIV mendesak para pemimpin dunia untuk menghentikan semua bentuk peperangan.

Secara khusus, Paus Leo XIV mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam atas situasi di Ukraina dan Gaza. Ia menyerukan diakhirinya kekerasan dan mendesak semua pihak untuk menghormati kehidupan dan martabat manusia. Paus Leo XIV juga menekankan pentingnya memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang menderita akibat konflik dan menyerukan pembebasan semua sandera. Berikut adalah poin-poin penting yang disampaikan Paus Leo XIV:

  • Seruan Perdamaian: Mendesak diakhirinya semua konflik bersenjata di seluruh dunia.
  • Fokus pada Ukraina dan Gaza: Menyatakan keprihatinan mendalam atas situasi di kedua wilayah tersebut.
  • Bantuan Kemanusiaan: Menekankan pentingnya memberikan bantuan kepada warga sipil yang terdampak konflik.
  • Pembebasan Sandera: Menyerukan pembebasan semua sandera yang ditahan.

Paus Leo XIV, yang sebelumnya dikenal sebagai Uskup Robert Francis Prevost, memiliki latar belakang yang kaya dalam pelayanan misionaris. Ia menghabiskan lebih dari dua dekade hidupnya di Peru, melayani masyarakat terpencil dan membangun jembatan antara budaya yang berbeda. Pengalaman ini telah membentuk pandangannya tentang dunia dan memperkuat komitmennya terhadap keadilan dan perdamaian.

Pemilihan Paus Leo XIV sebagai pemimpin Gereja Katolik disambut dengan antusias oleh umat Katolik di seluruh dunia. Banyak yang berharap bahwa kepemimpinannya akan membawa harapan baru dan inspirasi bagi Gereja, serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perdamaian dan keadilan global. Sosoknya yang sederhana, rekam jejak pelayanan yang panjang, dan komitmennya terhadap nilai-nilai Kristiani menjadikannya figur yang dihormati dan dicintai oleh banyak orang.

Seorang peziarah dari Peru, Alejandrina Espinosa, mengungkapkan kegembiraannya atas terpilihnya Paus Leo XIV. Ia mengatakan bahwa Paus baru telah menyentuh hatinya dan membangkitkan semangat Kekristenan. Espinosa berharap bahwa Paus Leo XIV dapat menyatukan semua agama untuk menyelamatkan dunia, karena umat manusia sedang menghadapi krisis kemanusiaan.

Sebelum menyampaikan pidatonya di balkon Basilika Santo Petrus, Paus Leo XIV memimpin misa di altar dekat makam Santo Petrus, di dalam Gua Vatikan. Misa ini merupakan momen penting dalam perjalanan spiritual Paus Leo XIV dan simbol dari komitmennya terhadap pelayanan dan pengorbanan.