Perundingan Intensif AS-China di Jenewa: Upaya Meredakan Ketegangan Dagang Global
Pertemuan tingkat tinggi antara pejabat Amerika Serikat dan China di Jenewa, Swiss, telah memicu harapan baru dalam upaya meredakan tensi perdagangan yang selama ini menghantui perekonomian global. Perundingan yang berlangsung selama beberapa hari itu, mempertemukan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, dalam sebuah forum tertutup yang dirahasiakan lokasinya.
Diskusi ini menjadi pertemuan tatap muka pertama sejak penerapan tarif tinggi oleh pemerintahan AS terhadap produk-produk impor asal China pada awal tahun. Kedua belah pihak dilaporkan membahas secara mendalam mengenai perselisihan perdagangan yang semakin meruncing, yang telah berdampak signifikan terhadap pasar keuangan dan menimbulkan kekhawatiran akan potensi resesi global.
Washington sebelumnya memberlakukan tarif sebesar 45 persen terhadap berbagai produk impor dari China, yang kemudian dibalas oleh Beijing dengan mengenakan tarif hingga 25 persen pada sejumlah barang asal AS. Aksi saling balas ini telah mengguncang stabilitas ekonomi global dan memicu berbagai reaksi dari para pelaku pasar.
Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menyatakan bahwa kesepakatan yang dicapai akan membantu menekan defisit perdagangan AS, sementara Scott Bessent menekankan adanya "kemajuan substansial" dalam meredakan ketegangan. He Lifeng juga menyampaikan pandangan serupa, dengan menyebut perundingan tersebut sebagai hal yang krusial bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Kepala Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala, menyambut baik perundingan ini dan mendorong kedua negara untuk terus mencari solusi praktis dalam mengurangi ketegangan, memulihkan kepastian, dan memperkuat kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral.
Presiden AS, melalui unggahan di media sosial, mengindikasikan adanya "pengaturan ulang total" dalam hubungan dagang kedua negara, serta menekankan pentingnya China untuk lebih terbuka terhadap bisnis Amerika. Namun, Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan bahwa Washington tidak akan menurunkan tarif secara sepihak dan menyerahkan inisiatif konsesi kepada pihak China.
Sejumlah perusahaan China mulai merasakan dampak dari tensi perdagangan ini. Salah satu contohnya adalah produsen elektronik, Sorbo Technology, yang kini mengalami kesulitan menembus pasar AS akibat tarif tinggi. Sementara itu, ekonomi AS juga terdampak, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang menyusut pada kuartal pertama tahun ini.
Sebelumnya, pemerintahan AS mengumumkan penerapan tarif dasar universal atas semua impor, yang ditujukan kepada negara-negara mitra dagang yang dianggap melakukan praktik perdagangan yang merugikan AS. Selain itu, tarif tambahan juga dikenakan pada produk baja, aluminium, serta mobil dan suku cadangnya.
Di sisi lain, AS dan Inggris baru-baru ini menyepakati penurunan tarif impor mobil, dengan tujuan untuk memfasilitasi perdagangan antara kedua negara. Tarif yang sebelumnya sebesar 25 persen diturunkan menjadi 10 persen untuk jumlah unit mobil tertentu.
Berikut adalah poin penting yang dibahas dalam pertemuan tersebut:
- Ketegangan perdagangan antara AS dan China
- Tarif yang dikenakan oleh kedua negara
- Dampak terhadap ekonomi global
- Upaya untuk meredakan ketegangan
- Peran WTO dalam memfasilitasi perundingan
- Dampak terhadap perusahaan dan ekonomi di kedua negara
- Kebijakan tarif universal yang diterapkan oleh AS
- Kesepakatan penurunan tarif antara AS dan Inggris