Rasa Ingin Tahu: Kunci Mempertajam Fungsi Kognitif di Usia Senja
Rasa Ingin Tahu: Kunci Mempertajam Fungsi Kognitif di Usia Senja
Menua adalah proses alami yang tak terhindarkan, namun bagaimana kita menua dapat sangat bervariasi. Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa rasa ingin tahu, khususnya dalam bentuk tertentu, dapat memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan otak dan fungsi kognitif seiring bertambahnya usia.
Penelitian yang dilakukan oleh tim psikolog dari berbagai universitas, termasuk UCLA, Western Carolina University, University of Tübingen, dan Kochi University of Technology, menantang pandangan konvensional tentang rasa ingin tahu yang dianggap terus menurun seiring bertambahnya usia. Alan Castel, seorang psikolog dari UCLA, mengungkapkan bahwa pengalamannya dengan partisipan lansia dalam eksperimen justru menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam mempelajari topik-topik baru.
Memahami Dua Jenis Rasa Ingin Tahu
Untuk memahami perubahan rasa ingin tahu sepanjang hidup, para peneliti membedakan dua jenis utama:
- Trait curiosity: Ini adalah kecenderungan umum seseorang untuk merasa ingin tahu, sebuah sifat yang relatif stabil dan mirip dengan kepribadian.
- State curiosity: Ini adalah rasa ingin tahu situasional yang muncul ketika sesuatu menarik perhatian, biasanya terkait dengan topik, hobi, atau pengalaman tertentu.
Studi ini melibatkan lebih dari 1.000 peserta dengan rentang usia 20 hingga 84 tahun. Para peserta mengisi kuesioner daring untuk mengukur tingkat trait curiosity mereka. Kemudian, mereka dihadapkan pada pertanyaan trivia unik dan diminta untuk menilai seberapa tertarik mereka untuk mengetahui jawabannya sebelum diungkapkan. Penilaian ini mengukur state curiosity.
Temuan Penelitian yang Menarik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sementara trait curiosity cenderung menurun seiring bertambahnya usia, state curiosity justru menunjukkan pola yang berbeda. State curiosity cenderung menurun di awal masa dewasa, mencapai titik terendah di usia paruh baya, dan kemudian meningkat kembali pada usia lanjut. Pola ini menyerupai tren lain dalam kehidupan, seperti kebahagiaan yang menurun di usia paruh baya dan kemudian meningkat kembali di usia tua.
Penurunan rasa ingin tahu di usia paruh baya mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk tanggung jawab keluarga, tuntutan karier, dan tekanan finansial. Namun, setelah melewati masa-masa sibuk ini, orang seringkali merasa lebih bebas untuk mengejar minat dan hobi pribadi mereka.
Manfaat Rasa Ingin Tahu bagi Otak
Rasa ingin tahu tidak hanya memberikan kesenangan dan kepuasan intelektual, tetapi juga dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan otak. Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang tetap ingin tahu dan aktif mencari pengetahuan memiliki risiko lebih rendah mengalami penurunan kognitif.
Alan Castel menjelaskan bahwa seiring bertambahnya usia, otak cenderung fokus pada hal-hal yang dianggap penting dan mengabaikan informasi yang kurang relevan. Rasa ingin tahu dapat membantu otak menyaring informasi yang relevan dan menyerapnya dengan lebih baik, sehingga meningkatkan memori dan fungsi kognitif secara keseluruhan.
Selain itu, hilangnya minat terhadap hal-hal yang dulu disukai dapat menjadi tanda awal demensia. Oleh karena itu, mempertahankan rasa ingin tahu dan keterlibatan mental dapat menjadi strategi penting untuk menua dengan sehat dan menjaga fungsi otak tetap tajam.