Jejak Indonesia dan Fakta Unik di Balik Gemerlap New York: Masjid Al Hikmah, Taman Dr. Kelly, dan Tantangan Sosial Kota
New York, kota yang tak pernah tidur, menyimpan pesona tersendiri bagi setiap pengunjungnya. Lebih dari sekadar gedung pencakar langit dan hiruk pikuk jalanan, kota ini menawarkan sudut pandang unik yang jarang terekspos dalam panduan wisata konvensional.
Kunjungan ke New York kali ini membawa pada pengalaman yang beragam, mulai dari menelusuri jejak Indonesia di jantung kota hingga menyingkap fakta-fakta sosial yang mencengangkan. Salah satu destinasi penting adalah Masjid Al Hikmah, yang menjadi saksi bisu kehadiran komunitas Muslim Indonesia di Amerika Serikat. Masjid ini, yang akan merayakan ulang tahun ke-30 pada tahun 2025, merupakan masjid Indonesia pertama yang berdiri di luar negeri. Keberadaannya menjadi simbol persatuan dan identitas bagi diaspora Indonesia di negeri Paman Sam. Saat ini, setidaknya ada lima masjid Indonesia di Amerika Serikat yang didirikan dan dipelihara oleh masyarakat Indonesia dengan dukungan dari Kedutaan Besar, Konsulat Jenderal, tokoh-tokoh masyarakat, dan organisasi nasional.
Menjelajahi sudut-sudut kota New York, sebuah taman bernama Dr. Gertrude B Kelly menarik perhatian. Taman ini bukan sekadar ruang terbuka hijau, melainkan juga penghormatan kepada sosok Dr. Kelly, seorang dokter bedah dan filantropis yang berimigrasi dari Irlandia pada tahun 1873. Dikenal karena dedikasinya dalam mendirikan klinik untuk kaum miskin dan gerakan pemberdayaan perempuan, Dr. Kelly meninggalkan jejak abadi dalam sejarah kota New York. Keunikan taman ini terletak pada aturannya: "Dewasa dilarang masuk, kecuali menemani anak-anak." Sebuah aturan yang terbalik dari kebiasaan umum, menunjukkan fokus taman ini pada kebahagiaan dan keselamatan anak-anak. Dahulu, di lahan ini berdiri sebuah sekolah yang kemudian diubah menjadi taman bermain pada tahun 1853.
Tak jauh dari taman tersebut, berdiri megah gedung pusat Google di 8th Avenue. Di Brooklyn, terlihat studio Netflix yang ramai dengan aktivitas kru film. Studio ini berlokasi dekat tempat cucu berlatih grafiti dengan seniman lokal New York, menunjukkan bagaimana seni dan hiburan berpadu dalam kehidupan kota.
Namun, di balik gemerlapnya kota New York, terdapat realitas sosial yang perlu diperhatikan. Di dalam gerbong kereta bawah tanah, terpampang tulisan tentang "bantuan makanan". Fakta mencengangkan terungkap bahwa sekitar 1,3 juta penduduk New York mengalami kesulitan finansial untuk memenuhi kebutuhan pangan. Program bantuan makanan melalui foodbanknyc.org hadir sebagai solusi untuk mengatasi masalah ini. Sejak didirikan pada tahun 1983, organisasi ini telah mendistribusikan lebih dari 1,8 miliar paket makanan kepada mereka yang membutuhkan. Pada akhir Maret 2025, organisasi ini memberikan bantuan makanan halal bagi umat Muslim yang berpuasa.
Di lantai atas New York Public Library di Fifth Avenue, sebuah pameran menarik perhatian. Pameran ini merayakan 100 tahun majalah The New Yorker, dari awal berdirinya hingga perkembangannya di era media digital. Pameran ini menampilkan 5.057 edisi yang telah diterbitkan oleh majalah tersebut. Pentingnya peran media massa dalam masyarakat tercermin dalam kutipan Joseph Pulitzer yang terpampang di Columbia University: "Our republic and its press will rise together." Pameran serupa yang menampilkan sejarah media massa di Indonesia, meski belum mencapai usia 100 tahun, akan menjadi edukasi yang menarik bagi masyarakat.
Dari sudut pandang kesehatan, dua hal unik mencuri perhatian. Pertama, klinik yang menyediakan Cannabis, yang legal di wilayah ini, mudah ditemukan. Kedua, di toko-toko farmasi, tersedia kotak khusus untuk membuang obat-obatan bekas, bertuliskan "Safe Medication Disposal". Inisiatif ini mencegah obat-obatan bekas menjadi limbah berbahaya bagi masyarakat. Penyediaan fasilitas serupa di Indonesia akan menjadi langkah positif dalam menjaga kesehatan dan lingkungan.