Jackie Chan Kritisi Penggunaan CGI Berlebihan dalam Film Laga Modern

Aktor laga legendaris, Jackie Chan, baru-baru ini menyampaikan kritik pedas terhadap penggunaan Computer-Generated Imagery (CGI) yang semakin mendominasi industri perfilman, khususnya genre aksi. Dalam sebuah wawancara eksklusif, bintang film Rush Hour ini mengungkapkan kekhawatirannya bahwa efek visual berlebihan mengurangi esensi ketegangan dan realisme yang seharusnya dirasakan penonton saat menyaksikan adegan berbahaya.

Chan, yang dikenal luas karena dedikasinya melakukan sendiri adegan-adegan berbahaya tanpa bantuan pemeran pengganti selama lebih dari enam dekade karirnya, berpendapat bahwa transisi ke CGI telah menghilangkan elemen 'nyata' yang tak tergantikan. Ia mengenang masa-masa awal karirnya ketika pilihan satu-satunya adalah terjun langsung ke lokasi syuting dan melakukan aksi secara fisik. Menurutnya, meskipun teknologi modern memungkinkan aktor untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil, hal itu juga mengaburkan batas bahaya dan membuat penonton kurang merasakan adrenalin.

"Dulu, kami tidak punya pilihan selain melompat sungguhan. Sekarang, semuanya bisa dibuat dengan komputer," ujarnya. "Namun, ada sesuatu yang hilang. Rasa 'nyata' itu tidak bisa digantikan oleh efek visual."

Kritik Chan ini muncul di tengah perdebatan yang sedang berlangsung tentang peran teknologi dalam film laga. Sementara beberapa orang berpendapat bahwa CGI memungkinkan pembuat film untuk menciptakan adegan yang lebih spektakuler dan aman, yang lain khawatir bahwa hal itu mengarah pada kurangnya inovasi dan keberanian dalam aksi praktis. Aktor berusia 71 tahun ini menekankan bahwa melakukan adegan laga sendiri telah menjadi bagian integral dari dirinya dan ia tidak memiliki rencana untuk berhenti, bahkan ketika ia akhirnya pensiun.

Berikut ini beberapa film terkenal Jackie Chan yang menampilkan aksi nyata:

  • Drunken Master (1978)
  • Police Story (1985)
  • Rush Hour (1998)
  • Shanghai Noon (2000)

Chan menambahkan bahwa setelah puluhan tahun melakukan adegan berbahaya, tubuhnya telah beradaptasi dan dia tidak memerlukan persiapan khusus lagi. "Setelah 64 tahun melakukannya, tubuh saya sudah terbiasa. Tidak perlu persiapan fisik lagi, karena semua sudah tertanam di hati, jiwa, dan jadi ingatan otot," pungkasnya. Pernyataan ini menggarisbawahi dedikasinya yang tak tergoyahkan pada seni bela diri dan pembuatan film aksi, yang terus menginspirasi generasi aktor dan pembuat film di seluruh dunia.