Lambatnya Aksi Iklim Global: Mayoritas Negara Belum Serahkan Target NDC Terbaru Jelang COP30

Aksi Iklim Terancam Melambat: Kepatuhan NDC Paris Tertatih Jelang COP30

Kurang dari enam bulan menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) di Brasil, sebuah laporan terbaru dari International Institute for Environment and Development (IIED) mengungkap sebuah fakta yang mengkhawatirkan: mayoritas negara anggota Perjanjian Paris belum menyerahkan target iklim nasional (NDC) terbaru mereka. Dari 195 negara pihak dalam perjanjian tersebut, hanya sekitar 11% yang telah memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan, menimbulkan keraguan serius tentang komitmen global terhadap mitigasi perubahan iklim.

Perjanjian Paris, sebuah kerangka kerja internasional yang bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celcius, idealnya 1,5 derajat Celcius, mewajibkan setiap negara untuk menetapkan dan memperbarui NDC mereka secara berkala. NDC ini berfungsi sebagai peta jalan nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Negara-negara diharapkan untuk menyerahkan NDC terbaru mereka untuk tahun 2035 paling lambat 10 Februari 2025, sebagai bahan evaluasi komprehensif sebelum COP30.

Keterlambatan yang signifikan ini memicu kekhawatiran di antara para ahli iklim. Camilla More, seorang peneliti diplomasi iklim di IIED, menyatakan bahwa penyerahan target iklim terbaru adalah indikator penting untuk mengukur keseriusan para pemimpin dunia dalam mengatasi tantangan perubahan iklim. Dampak perubahan iklim sudah dirasakan di seluruh dunia, dan tindakan yang tegas dan segera sangat dibutuhkan.

Hingga Mei 2024, hanya 21 negara yang telah menyerahkan pembaruan NDC mereka. Negara-negara tersebut meliputi:

  • Zambia
  • Kuba
  • Maladewa
  • Montenegro
  • Jepang
  • Kanada
  • Kepulauan Marshall
  • Singapura
  • Zimbabwe
  • Ekuador
  • Saint Lucia
  • Andorra
  • Selandia Baru
  • Inggris Raya
  • Swiss
  • Uruguay
  • Brasil
  • Kenya
  • Moldova
  • Uni Emirat Arab

Climate Action Tracker, sebuah lembaga independen yang melacak komitmen dan tindakan emisi negara-negara, telah menganalisis 10 dari 20 negara yang menyerahkan NDC mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya NDC Inggris Raya yang dinilai kompatibel dengan target 1,5 derajat Celcius. Meskipun target Inggris dianggap ambisius, Climate Analytics berpendapat bahwa target tersebut belum sepenuhnya memenuhi bagian kontribusi yang adil dari Inggris Raya dalam upaya global.

Lebih lanjut, Climate Analytics menyoroti bahwa target iklim Inggris untuk tahun 2030 dinilai tidak cukup ambisius dan tidak sejalan dengan tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Selain itu, rencana investasi besar-besaran Inggris dalam penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) juga menuai kritik. Para ahli berpendapat bahwa ketergantungan yang berlebihan pada teknologi CCS dapat menghambat transisi menuju energi bersih dan memperpanjang ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Dengan biaya krisis iklim yang terus meningkat setiap tahun, tindakan yang berani dan ambisius untuk memangkas emisi dan mendukung masyarakat beradaptasi dengan realitas baru sangat diperlukan. Kegagalan untuk bertindak cepat dan tegas dapat mengunci kita dalam jalur pemanasan global yang berbahaya, dengan konsekuensi yang menghancurkan bagi planet ini dan generasi mendatang.