PDIP Tegaskan Cerita Nasi Goreng Megawati Bukan Undangan untuk Prabowo
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) melalui Ketua DPP Deddy Sitorus, memberikan klarifikasi terkait pernyataan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri tentang nasi goreng yang dikaitkan dengan Presiden Prabowo Subianto. Deddy Sitorus menegaskan bahwa cerita tersebut bukanlah sebuah ajakan untuk pertemuan antara kedua tokoh tersebut.
Menurut Deddy, pernyataan Megawati disampaikan dalam acara Trisakti Tourism Award yang diselenggarakan oleh DPP PDIP. Acara tersebut memberikan penghargaan kepada inovasi kuliner dan makanan pendamping beras. Dalam konteks tersebut, Megawati bercerita tentang buku resep Mustika Rasa dan pengalamannya dalam memasak, termasuk nasi goreng yang pernah ia buat saat bertemu dengan Prabowo.
"Dalam konteks itu, Bu Mega cerita tentang kebiasaan beliau memasak termasuk nasi goreng yang sangat disukai Presiden Prabowo," ujar Deddy kepada wartawan, Senin (12/5/2025).
Deddy menekankan bahwa penyampaian cerita nasi goreng tersebut murni dalam konteks kuliner dan tidak memiliki implikasi politis sebagai ajakan pertemuan. Ia berpendapat bahwa jika Megawati ingin mengundang Prabowo untuk membahas isu-isu penting, maka pembicaraan akan fokus pada masalah kebangsaan dan negara, bukan sekadar makan bersama.
"Saya pribadi melihatnya dalam konteks masakan, bukan ajakan atau undangan bertemu dengan Presiden. Kalau ajakan bertemu Presiden, urusannya pasti soal bangsa dan negara. Bukan makan-makan," tegasnya.
Sebelumnya, seorang peneliti dari Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, berpendapat bahwa candaan Megawati tentang nasi goreng dapat diinterpretasikan sebagai kode untuk Prabowo agar bersedia bertemu kembali. Bawono meyakini bahwa Megawati sedang memberikan sinyal melalui acara internal partai tersebut.
Dengan pernyataan ini, PDIP berusaha meluruskan interpretasi yang berkembang di publik dan menegaskan bahwa cerita nasi goreng Megawati tidak memiliki agenda tersembunyi terkait dengan hubungan politik antara PDIP dan Prabowo.