Analis Prediksi Harga Emas Tetap Prospektif di Tengah Gejolak Global
Harga emas Antam hari ini menunjukkan penurunan, berada di level Rp 1.905.000 per gram, atau terkoreksi sebesar Rp 23.000. Kendati demikian, seorang analis komoditas keuangan, Ibrahim Assuaibi, memberikan proyeksi bahwa harga emas akan tetap memiliki prospek cerah di masa depan.
Menurut Assuaibi, terdapat sejumlah faktor yang mendukung potensi kenaikan harga emas, bahkan hingga mencapai kembali level tertingginya di angka Rp 2 juta per gram. Ia berpendapat bahwa harga emas akan sulit menembus di bawah Rp 1,9 juta per gram, dan jika terjadi penurunan harian pun, angkanya tidak akan melebihi Rp 25 ribu per gram.
Assuaibi menjelaskan bahwa situasi geopolitik global saat ini, dengan berbagai konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia, turut berperan dalam dinamika harga emas. Kondisi ini mendorong penguatan mata uang dolar AS dan pelemahan nilai tukar rupiah, yang pada gilirannya berdampak pada penguatan harga emas di pasar domestik.
Ketika dolar AS mengalami penguatan, harga emas di pasar global cenderung mengalami penurunan. Namun, mengingat harga emas atau logam mulia di Indonesia dihitung berdasarkan kurs rupiah, maka harganya cenderung stabil. Lebih lanjut, Ia menjelaskan keterkaitan antara harga emas perhiasan dengan nilai tukar rupiah. Menurutnya, jika harga emas dunia mengalami penurunan namun nilai tukar rupiah melemah, maka harga emas di dalam negeri akan cenderung stabil.
Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat membuat harga emas sulit mengalami penurunan, yaitu ketidakseimbangan antara tingkat permintaan dan penawaran. Saat ini, minat terhadap emas cenderung tinggi, namun ketersediaannya tidak mencukupi.
Di sisi lain, harga emas dunia saat ini sedang mengalami penurunan. Ibrahim menjelaskan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah perkembangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. AS dilaporkan mulai menunjukkan tanda-tanda pelunakan dan berencana untuk menurunkan tarif impor terhadap China dari sebelumnya 145% menjadi 80%. Selain itu, negosiasi dagang antara AS dan sejumlah negara seperti Inggris, Kanada, dan Meksiko juga menunjukkan perkembangan yang positif.
Namun, Ibrahim memperkirakan bahwa negosiasi antara AS dan China akan berlangsung alot. Pemerintah Presiden Xi Jinping menginginkan agar Presiden AS Donald Trump tidak hanya menurunkan tarif resiprokal, tetapi juga menghapus seluruhnya.
Konflik yang masih berlangsung, seperti invasi Israel di Jalur Gaza, perang Rusia-Ukraina, serta potensi kegagalan kesepakatan nuklir AS-Iran, menjadi faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan.
Dengan berbagai perkembangan yang ada, Ibrahim menilai bahwa komoditas emas masih prospektif untuk dipilih sebagai instrumen investasi. Terlebih lagi, harga emas saat ini sedang mengalami penurunan, yang dapat menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pembelian.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas:
- Gejolak Geopolitik: Konflik global memicu penguatan Dolar AS dan pelemahan Rupiah.
- Nilai Tukar Rupiah: Pelemahan Rupiah menjaga harga emas tetap stabil meskipun harga dunia turun.
- Permintaan dan Penawaran: Tingginya permintaan dengan ketersediaan terbatas mendukung harga.
- Perang Dagang AS-China: Perkembangan negosiasi dagang mempengaruhi harga emas global.
- Konflik Internasional: Invasi Israel, perang Rusia-Ukraina, dan isu nuklir Iran berperan penting.