Gejolak Geopolitik Mendorong Diversifikasi Pasar Ekspor Kelapa Sawit Indonesia

Antisipasi Dampak Perang: Pengusaha Sawit Indonesia Lirik Pasar Baru

Ketegangan geopolitik global, termasuk konflik antara India dan Pakistan, serta potensi perang tarif, mendorong pelaku industri kelapa sawit Indonesia untuk mempercepat diversifikasi pasar ekspor. Langkah ini diambil sebagai strategi mitigasi risiko terhadap potensi penurunan permintaan dari pasar-pasar tradisional.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengungkapkan bahwa upaya pengembangan pasar nontradisional telah menjadi agenda berkelanjutan, bukan hanya sebagai respons terhadap konflik atau kebijakan perdagangan tertentu. Salah satu langkah konkret yang akan diambil adalah kunjungan ke Mesir bersama pemerintah untuk meningkatkan volume ekspor minyak sawit.

Mesir Sebagai Hub Strategis

Pada tahun 2024, ekspor CPO ke Mesir mencapai 840.000 ton, dan terdapat potensi untuk melampaui angka 1 juta ton. Mesir dipandang sebagai hub strategis untuk distribusi minyak sawit ke wilayah lain. GAPKI melihat Mesir sebagai pintu gerbang penting untuk memperluas jangkauan pasar.

Dampak Konflik India-Pakistan

Saat ini, dampak langsung dari konflik India-Pakistan terhadap ekspor CPO Indonesia belum signifikan. Namun, jika konflik berlanjut dalam jangka panjang, dikhawatirkan akan menurunkan daya beli dan pada akhirnya mempengaruhi volume ekspor ke kedua negara.

India merupakan pasar ekspor minyak sawit terbesar kedua bagi Indonesia setelah China, dengan volume sekitar 5 juta ton. Sementara itu, Pakistan adalah pasar terbesar keempat setelah Uni Eropa, dengan volume sekitar 3 juta ton.

Penurunan ekspor ke India dan Pakistan akibat konflik berkepanjangan dapat menyebabkan penumpukan stok dan berpotensi menekan harga minyak sawit, serta minyak nabati lainnya secara global.

Eskalasi dan Gencatan Senjata

Konflik antara India dan Pakistan dipicu oleh saling serang artileri di sepanjang Garis Kontrol (LoC) di wilayah Kashmir. India mengklaim telah melancarkan "Operasi Sindoor" terhadap kelompok bersenjata di wilayah yang dikuasai Pakistan, sementara Pakistan mengklaim telah menembak jatuh jet tempur India.

Setelah tiga hari konflik, kedua negara menyepakati gencatan senjata yang berlaku mulai Sabtu, 10 Mei 2025. Keputusan ini diambil setelah adanya komunikasi antara pejabat tinggi keamanan nasional kedua negara.