Pengunjung Restoran di Singapura Disiram Bubur Panas Akibat Teguran Merokok
Pengunjung Restoran di Singapura Disiram Bubur Panas Akibat Teguran Merokok
Sebuah insiden tak terduga terjadi di sebuah restoran di Singapura, di mana seorang wanita hamil menjadi korban penyiraman bubur panas oleh seorang pria yang merasa tersinggung karena ditegur kebiasaan merokoknya. Peristiwa ini bermula ketika wanita tersebut, yang tengah menunggu pesanan suaminya, menegur pria tersebut yang tengah asyik merokok di dekat mejanya. Merasa tidak terima dengan teguran tersebut, pria tersebut justru semakin bertindak agresif.
Menurut keterangan korban, yang namanya dirahasiakan untuk melindungi privasinya, pria tersebut awalnya mengabaikan tegurannya. Meskipun mengetahui wanita tersebut sedang hamil, ia tetap melanjutkan aktivitas merokoknya di dekat meja korban. Sikap acuh tak acuh pria tersebut membuat wanita tersebut memilih untuk mengabaikannya dan fokus pada ponselnya. Namun, puncaknya terjadi saat pria tersebut menanyakan asal usul wanita tersebut dan mendapat respon diabaikan. Marah karena diabaikan, pria tersebut kemudian secara brutal menyiram bubur panas dan minuman beralkohol ke arah wanita tersebut.
Kejadian tersebut berlanjut dengan intervensi dari teman-teman pelaku. Namun, bukannya menyesali perbuatannya, pelaku bahkan sempat mengambil gambar korban. Beruntungnya, korban tidak mengalami luka serius, meskipun ia mengaku trauma atas peristiwa tersebut. Pihak restoran, setelah mendapatkan laporan dari korban, segera menghubungi pihak berwajib dan menyerahkan rekaman CCTV sebagai bukti. Rekaman tersebut menunjukkan secara jelas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pria tersebut.
Pihak kepolisian yang merespon cepat mengamankan pelaku. Pelaku tidak hanya dikenai tuntutan atas tindak kekerasannya, tetapi juga dikenai sanksi karena melanggar peraturan anti-merokok di area restoran di Singapura. Meskipun demikian, informasi terbaru menyebutkan bahwa pelaku akhirnya dilepaskan setelah mendapatkan peringatan keras dari pihak berwajib. Ini tentu saja memicu pertanyaan mengenai efektivitas penegakan hukum dalam kasus-kasus serupa.
Ironisnya, beberapa jam setelah kejadian traumatis ini, korban kembali ke restoran tersebut. Alasannya, ia ingin menghabiskan sisa pesanannya yaitu kodok goreng yang belum sempat dimakan. Meskipun pihak restoran sudah membersihkan sisa makanan korban, restoran kemudian mengembalikan uang korban sejumlah SGD 12 (sekitar Rp 147.000) sebagai kompensasi atas makanan yang tidak termakan. Kejadian ini menyoroti dua hal yang saling bertolak belakang: keberanian korban untuk tetap melanjutkan aktivitasnya di tempat kejadian dan kurang tegasnya penegakan hukum dalam menangani kasus kekerasan ini.
Insiden ini menjadi pengingat penting akan pentingnya etika dan sopan santun di ruang publik, serta perlunya penegakan hukum yang lebih tegas terhadap tindakan kekerasan dan pelanggaran peraturan. Peristiwa ini juga menjadi sorotan terhadap perlindungan terhadap wanita hamil di tempat umum yang perlu ditingkatkan.