Amerika Serikat dan China Capai Titik Temu, Sepakati Penurunan Tarif Impor Setelah Perundingan Intensif
Setelah melalui negosiasi selama dua hari yang intensif di Jenewa, Swiss, Amerika Serikat dan China akhirnya mencapai kesepakatan terkait tarif impor. Kedua negara setuju untuk menurunkan tarif impor yang diberlakukan satu sama lain, dengan menetapkan tarif sebesar 10 persen selama periode tertentu.
Perundingan yang melibatkan pejabat tinggi dari kedua negara, termasuk Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, serta Perdana Menteri China, He Lifeng, membuahkan hasil positif pada tanggal 10 dan 11 Mei 2025. Kesepakatan ini menandai langkah maju dalam meredakan ketegangan perdagangan yang telah berlangsung lama antara kedua ekonomi terbesar di dunia.
Berdasarkan keterangan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah AS, kesepakatan ini akan segera ditindaklanjuti dengan langkah-langkah konkret dari kedua belah pihak. China berkomitmen untuk:
- Menghapus tarif pembalasan yang telah diumumkan sejak 4 April 2025.
- Menangguhkan atau menghapus tindakan balasan non-tarif yang diambil terhadap AS sejak 2 April 2025.
- Menangguhkan tarif awal sebesar 34 persen terhadap AS yang diumumkan pada 4 April 2025 selama 90 hari, namun tetap mempertahankan tarif 10 persen selama periode jeda.
Sementara itu, Amerika Serikat akan mengambil tindakan sebagai berikut:
- Menghapus tarif tambahan yang dikenakan terhadap China pada tanggal 8 dan 9 April 2025.
- Namun, AS akan mempertahankan semua bea yang dikenakan terhadap China sebelum tanggal 2 April 2025, termasuk tarif Bagian 301, tarif Bagian 232, dan tarif yang dikenakan sebagai tanggapan terhadap keadaan darurat nasional fentanil yang diberlakukan berdasarkan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional.
- Menangguhkan tarif timbal balik sebesar 34 persen yang dikenakan pada tanggal 2 April 2025 selama 90 hari, tetapi mempertahankan tarif sebesar 10 persen selama periode jeda.
Kesepakatan ini juga mencakup komitmen bersama untuk mengatasi masalah peredaran obat fentanil dan prekursornya dari China ke Amerika Utara. Kedua negara sepakat untuk mengambil langkah-langkah agresif untuk membendung peredaran ilegal tersebut.
Selain itu, AS dan China sepakat untuk membentuk mekanisme guna melanjutkan diskusi penting tentang perdagangan dan ekonomi, yang menunjukkan keinginan kedua belah pihak untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka dan mencari solusi jangka panjang untuk masalah perdagangan yang ada.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat mendorong produksi dalam negeri AS, memperkuat rantai pasok, dan memastikan bahwa kebijakan perdagangan AS melindungi pekerja dalam negeri. Kesepakatan ini juga dipandang sebagai upaya untuk mengatasi defisit perdagangan barang AS dengan China yang mencapai 295,4 miliar dollar pada tahun 2023, yang merupakan defisit terbesar dengan mitra dagang mana pun.