Simbolisme Cahaya: Mengungkap Makna Lampion dalam Perayaan Waisak
Perayaan Hari Raya Waisak, momen sakral bagi umat Buddha, diwarnai dengan berbagai tradisi yang kaya makna. Salah satu tradisi yang paling memikat dan dinanti adalah pelepasan lampion. Ribuan lampion yang diterbangkan ke langit menjadi pemandangan yang memukau, khususnya di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang menjadi pusat perayaan Waisak di Indonesia.
Namun, tahukah Anda apa makna di balik tradisi pelepasan lampion ini? Lebih dari sekadar pertunjukan visual yang indah, pelepasan lampion mengandung simbolisme mendalam yang terkait dengan ajaran Buddha.
Makna Filosofis Lampion Waisak
- Simbol Perdamaian: Lampion melambangkan harapan dan komitmen umat Buddha untuk menyebarkan perdamaian ke seluruh dunia. Cahaya yang dipancarkan lampion diibaratkan sebagai penerang yang menuntun manusia menuju jalan kedamaian dan harmoni.
- Harapan akan Masa Depan yang Lebih Baik: Pelepasan lampion juga merupakan simbol harapan akan masa depan yang lebih baik, bebas dari kesedihan, penderitaan, dan kegelapan batin. Umat Buddha melepaskan lampion dengan harapan agar kehidupan mereka dan seluruh makhluk hidup di dunia ini dipenuhi dengan kebahagiaan dan kesejahteraan.
- Pencerahan Batin: Lampion juga melambangkan pencerahan batin, sebuah konsep sentral dalam ajaran Buddha. Seperti Buddha Gautama yang mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi, lampion menjadi pengingat bagi umat Buddha untuk terus berusaha mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitar mereka.
- Cinta Kasih Universal: Inti ajaran Buddha adalah cinta kasih tanpa batas kepada semua makhluk hidup. Lampion menjadi simbol kepedulian dan cinta kasih universal ini, mengingatkan umat Buddha untuk senantiasa berbuat baik dan membantu sesama.
- Pelepasan Energi Negatif: Dalam konteks spiritual, lampion melambangkan pelepasan energi negatif seperti keserakahan, kemarahan, dan kebencian. Dengan menerbangkan lampion, umat Buddha berharap dapat membersihkan diri dari emosi-emosi negatif ini dan membuka diri terhadap energi positif yang membawa kedamaian dan kebahagiaan.
Ritual Sebelum Pelepasan Lampion
Sebelum lampion diterbangkan, umat Buddha biasanya melakukan serangkaian ritual yang khidmat, antara lain:
- Meditasi: Meditasi dilakukan untuk menenangkan pikiran dan memfokuskan diri pada tujuan spiritual dari pelepasan lampion.
- Pembacaan Paritta: Paritta adalah doa-doa suci yang dibacakan untuk memohon berkah dan perlindungan.
- Puja Bhakti: Puja bhakti adalah ritual pemujaan yang dilakukan untuk menghormati Buddha, Dharma (ajaran Buddha), dan Sangha (komunitas Buddha).
Setelah ritual ini selesai, lampion diterbangkan dengan doa dan harapan yang tulus dari hati umat Buddha.
Festival Lampion Waisak 2025
Pada tahun 2025, Festival Lampion Waisak mengusung tema "Light of Peace". Acara pelepasan lampion akan diselenggarakan pada tanggal 12 Mei 2025 di Lapangan Marga Utama dan Taman Lumbini, Candi Agung Borobudur. Acara ini dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi 1 pada pukul 18.00-20.00 WIB dan sesi 2 pada pukul 21.00-23.00 WIB.
Karena lampion menggunakan api, panitia menerapkan aturan ketat untuk memastikan keselamatan dan kelancaran acara. Lampion akan diterbangkan secara berkelompok, dan peserta dilarang membawa barang-barang yang dapat mengganggu kekhusyukan acara, seperti tripod dan drone.
Pelepasan lampion pada Hari Raya Waisak bukan sekadar tradisi, tetapi juga merupakan ungkapan mendalam dari keyakinan dan harapan umat Buddha untuk dunia yang lebih baik. Cahaya lampion menjadi simbol perdamaian, cinta kasih, dan pencerahan yang terus menyinari hati dan pikiran umat Buddha di seluruh dunia.