Peningkatan Kasus HIV di Ponorogo: Fokus pada Pekerja Seks Komersial Terselubung
Gelombang skrining HIV massal yang dilakukan di Ponorogo baru-baru ini mengungkap peningkatan yang mengkhawatirkan dalam jumlah kasus, terutama di antara pekerja seks komersial (PSK) yang beroperasi di warung remang-remang dan tempat hiburan malam (THM). Hasil tes menunjukkan puluhan individu positif HIV, menyoroti kebutuhan mendesak untuk intervensi kesehatan masyarakat yang lebih intensif.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Ponorogo mengonfirmasi bahwa dari 191 orang yang diperiksa selama operasi skrining sebulan terakhir, 24 di antaranya dinyatakan positif HIV. Operasi ini menargetkan sejumlah lokasi yang diduga menjadi tempat praktik prostitusi terselubung, termasuk warung kopi di sepanjang Jalan Raya Ponorogo-Trenggalek, Pasar Janti, Pasar Danyang, Desa Serangan, Warung Tular, sekitar Terminal Seloaji, dan sepuluh THM di seluruh Ponorogo.
Berikut adalah rincian temuan berdasarkan lokasi:
- Jalan Raya Ponorogo-Trenggalek (warkop): 29 diperiksa, 13 positif HIV.
- Pasar Janti: 29 diperiksa, 5 positif HIV.
- Pasar Danyang: 13 diperiksa, 3 positif HIV.
- Desa Serangan: 11 diperiksa, nihil kasus.
- Warung Tular: 4 diperiksa, 2 positif HIV.
- Terminal Seloaji: 4 diperiksa, 1 positif HIV.
- THM: 101 diperiksa, nihil kasus.
Kepala Satpol PP Ponorogo, Eko Suprapto, menyatakan keprihatinannya atas temuan ini dan menekankan bahwa skrining massal akan terus dilakukan untuk menjangkau lokasi-lokasi lain yang dicurigai sebagai tempat prostitusi terselubung. Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah meningkatkan upaya pelacakan dan tes massal HIV sebagai respons terhadap peningkatan kasus yang terdeteksi. Fokus utama adalah pekerja seks komersial yang beroperasi di balik kedok warung kopi dan tempat-tempat hiburan.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya program pencegahan HIV yang komprehensif, termasuk edukasi tentang seks aman, penyediaan kondom gratis, dan akses mudah ke layanan tes HIV. Selain itu, diperlukan pendekatan yang lebih luas untuk mengatasi faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mendorong individu ke dalam pekerjaan seks, serta stigma dan diskriminasi yang dihadapi oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Upaya bersama antara pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas lokal sangat penting untuk mengendalikan penyebaran HIV di Ponorogo dan memastikan bahwa semua orang memiliki akses ke layanan kesehatan yang mereka butuhkan.