Umat Buddha Tarakan Rayakan Tri Suci Waisak dengan Ritual Pelepasan Burung
Perayaan Hari Raya Waisak tahun ini menjadi momen penting bagi umat Buddha di Tarakan. Bertempat di Vihara Parama Sinar Borobudur, Karang Anyar, Tarakan Barat, rangkaian acara peringatan Waisak berlangsung khidmat pada Senin (12/5).
Dengan mengusung tema "Kebijaksanaan Dasar Keluhuran Bangsa" yang dicanangkan oleh Sangha Theravada Indonesia, perayaan Waisak kali ini diisi dengan berbagai kegiatan spiritual. Salah satu agenda utama adalah fang sen atau paya dana, sebuah ritual pelepasan burung yang dimulai pada pukul 17.43 WITA. Bhikkhu Adhikusalo Mathera, pemimpin ritual tersebut, menjelaskan makna simbolis dari pelepasan burung ini sebagai representasi kebebasan dari segala bentuk penderitaan.
"Seperti burung yang dilepaskan dari sangkarnya, semoga dengan tindakan baik ini, burung tersebut merasakan kebahagiaan. Begitu pula dengan umat, dengan senantiasa berbuat kebajikan, diharapkan dapat mengurangi penderitaan yang ada," tutur Bhikkhu Adhikusalo.
Lebih lanjut, Bhikkhu Adhikusalo menyerukan kepada seluruh umat Buddha untuk mengembangkan kebijaksanaan yang dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa. Ia juga menekankan pentingnya sikap kritis dan hati-hati dalam menerima informasi yang beredar di media massa.
"Kita harus senantiasa jeli, tidak mudah terprovokasi, dan selalu melakukan verifikasi terhadap kebenaran sebuah berita sebelum mempercayainya," tegasnya.
Pada malam harinya, mulai pukul 19.00 hingga 22.00 WITA, Vihara Parama Sinar Borobudur dipenuhi dengan umat yang mengikuti puja bakti peringatan Waisak. Rangkaian acara kemudian dilanjutkan dengan momen detik-detik Waisak pada Selasa (13/5) tepat pukul 00.00 WITA.
Puja bakti ini menjadi wadah untuk memperingati tiga peristiwa suci yang sangat penting dalam kehidupan Sang Buddha, yaitu:
- Kelahiran Pangeran Siddharta.
- Pencapaian penerangan sempurna (menjadi Buddha).
- Parinibbana (wafatnya Sang Buddha).
"Peristiwa-peristiwa ini sangatlah suci dan penuh makna. Dengan merenungkan dan mempraktikkan ajaran Dharma dalam kehidupan sehari-hari, umat Buddha diharapkan dapat mencapai kebahagiaan sejati," jelas Bhikkhu Adhikusalo.
Dalam kesempatan tersebut, Bhikkhu Adhikusalo juga menyoroti kondisi alam yang semakin memprihatinkan akibat tindakan keserakahan manusia. Ia mengajak seluruh umat Buddha untuk terus mempraktikkan ajaran Dharma secara konsisten sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
"Keserakahan merupakan akar dari segala penderitaan. Jika kita merusak alam, pada hakikatnya kita merusak diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berbuat baik kepada alam dan lingkungan sekitar," pesannya.
Bhikkhu Adhikusalo menekankan bahwa ajaran Sang Buddha sangatlah berharga dan relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, demi kebaikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Dengan mengamalkan ajaran Dharma, diharapkan tercipta kehidupan yang harmonis dan penuh kedamaian.