AS dan China Sepakati Penurunan Tarif Signifikan, Pasar Global Bergairah

AS dan China Capai Kesepakatan Terkait Penurunan Tarif, Pasar Global Bereaksi Positif

Pasar saham global mengalami lonjakan signifikan pada Senin (12/5/2025) menyusul pengumuman kesepakatan antara Amerika Serikat dan China terkait penurunan tarif impor. Kesepakatan ini diharapkan dapat meredakan ketegangan perang dagang yang telah berlangsung dan memicu kekhawatiran resesi ekonomi global.

Menurut keterangan resmi, dalam kesepakatan yang dicapai di Jenewa, Amerika Serikat sepakat untuk menurunkan tarif tambahan yang dikenakan pada produk impor China dari 145 persen menjadi 30 persen selama tiga bulan ke depan. Sebagai imbalan, China juga akan menurunkan bea masuk impor dari Amerika Serikat menjadi 10 persen, dari sebelumnya 125 persen. Lebih lanjut, China juga berkomitmen untuk mencabut tindakan balasan ekspor yang diberlakukan sejak 2 April, termasuk pembatasan ekspor mineral tanah jarang dan magnet, yang merupakan komponen penting dalam industri teknologi tinggi.

Reaksi pasar keuangan terhadap kesepakatan ini sangat positif. Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak lebih dari 1.100 poin (2,8 persen), sementara S&P 500 naik 3,3 persen, dan Nasdaq Composite menguat 4,4 persen. Kenaikan ini menandai peningkatan harian terbesar sejak 9 April, mencerminkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi global yang lebih stabil.

Presiden AS, Donald Trump, menggambarkan kesepakatan ini sebagai awal mula hubungan dagang yang baru dengan China. Beliau menyatakan bahwa China bersedia membuka diri secara penuh, yang menurutnya akan memberikan manfaat bagi kedua negara serta berkontribusi pada perdamaian dunia.

Analis Berikan Peringatan

Namun, sejumlah analis ekonomi mengingatkan bahwa kesepakatan ini hanyalah langkah sementara. Scott Kennedy, seorang pakar bisnis dan ekonomi China di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, berpendapat bahwa kesepakatan ini lebih menguntungkan China daripada Amerika Serikat. Menurutnya, Amerika Serikat adalah pihak yang memulai dan meningkatkan perang dagang, sementara China hanya melakukan tindakan balasan.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang terlibat langsung dalam negosiasi dengan China, mengakui bahwa pemulihan hubungan dagang antara kedua negara akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Ia menambahkan bahwa kedua delegasi sepakat untuk menghindari perpecahan dan berkomitmen untuk mencapai perdagangan yang lebih seimbang.

Dampak bagi Pelaku Bisnis

Sementara itu, para pelaku bisnis menantikan kejelasan lebih lanjut mengenai implementasi kesepakatan ini. Gene Seroka, Direktur Eksekutif Pelabuhan Los Angeles, mengatakan bahwa para peritel kemungkinan akan mengambil sikap menunggu dan melihat terhadap tarif 30 persen, yang berpotensi meningkatkan harga bagi konsumen. Ia menekankan pentingnya konsistensi dalam kebijakan perdagangan dan menggambarkan situasi saat ini sebagai dinamis dan tidak pasti.

Perlu dicatat bahwa kesepakatan ini tidak mencakup pengecualian "de minimis" untuk pengiriman e-commerce bernilai rendah dari China dan Hong Kong, yang telah dihentikan oleh pemerintahan Trump pada tanggal 2 Mei. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa aspek dari kebijakan perdagangan sebelumnya masih tetap berlaku.