Ritual Belah Doli: Simbol Perdamaian Mengakhiri Konflik Pilkada Puncak Jaya yang Menelan Korban Jiwa
Ritual Belah Doli Akhiri Konflik Pilkada Puncak Jaya
Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, akhirnya menyaksikan babak baru perdamaian setelah konflik panjang pasca-pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berlarut-larut. Sebuah ritual adat sakral, belah kayu doli, menjadi penanda resmi berakhirnya perseteruan antara dua kubu pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati. Prosesi ini digelar di depan Kantor Bupati Puncak Jaya, disaksikan oleh tokoh masyarakat, pejabat daerah, dan aparat keamanan.
Ritual belah doli diawali dengan penancapan kayu doli oleh kedua belah pihak yang berseteru. Kubu pasangan calon nomor urut satu, Yuni Wonda-Mus Kogoya, dan kubu pasangan calon nomor urut dua, Miren Kogoya-Mendi Wonorengga, secara simbolis menancapkan kayu tersebut di sisi jalan yang berlawanan. Kemudian, kedua kayu dihubungkan menjadi satu, melambangkan persatuan dan kesediaan untuk mengakhiri konflik. Kedua pasangan calon duduk berdampingan di bawah kayu doli yang telah terhubung.
Ketegangan sempat mewarnai prosesi ini ketika kubu nomor urut dua menyampaikan sejumlah tuntutan yang meminta bupati terpilih untuk menandatanganinya. Kondisi ini sempat memicu diskusi alot yang melibatkan Penjabat Bupati Puncak Jaya, Yopi Murib, Kapolda Papua Brigjen Pol Alfred Papare, Danrem 173/PVB Brigjen TNI Frits WR Pelamonia, serta sejumlah pejabat lainnya. Bahkan, Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, bersama Wakil Gubernur Denias Geley turun langsung ke lokasi untuk memediasi kedua belah pihak. Akhirnya, kesepakatan tercapai dan ritual belah doli dapat dilanjutkan.
Setelah kesepakatan tercapai, ritual dilanjutkan dengan kepala perang dari masing-masing kubu memanah seekor babi yang diletakkan di bawah kayu doli. Kemudian, kepala perang dari masing-masing kubu berlari melewati kayu doli, memasuki wilayah kubu lawan. Aksi ini melambangkan kebebasan dan kepercayaan bahwa kedua belah pihak dapat berinteraksi secara bebas tanpa rasa takut.
Puncak dari ritual ini adalah jabat tangan antara kedua pasangan calon, kepala perang, dan seluruh tim pendukung. Momen ini menjadi simbol resmi berakhirnya konflik dan dimulainya era baru perdamaian di Puncak Jaya. Usai ritual, kedua pasangan calon bupati menandatangani surat tuntutan dari kubu pasangan calon nomor urut 2, yang disaksikan oleh Gubernur Meki Nawipa, Kapolda Alfred Papare, Pj Bupati Yopi Murib, dan kepala perang dari kedua kubu.
Miren Kogoya, calon bupati Puncak Jaya dari nomor urut 2, mengucapkan selamat kepada Yuni Wonda-Mus Kogoya atas kemenangan mereka. Ia berharap pemerintahan yang baru dapat mempertimbangkan tuntutan dari pendukungnya agar tidak ada lagi korban di masyarakat. Yuni Wonda, calon bupati terpilih, menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh korban konflik dan berjanji akan memimpin Puncak Jaya dengan baik dan bermartabat.
Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, menegaskan bahwa dengan ritual belah doli, Puncak Jaya telah aman dan semua pihak harus melupakan masa lalu dan fokus membangun daerah ke depan. Ia juga mengapresiasi semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses perdamaian ini.
Penjabat Bupati Puncak Jaya, Yopi Murib, menyampaikan rasa syukur atas terlaksananya ritual belah doli yang menandai berakhirnya konflik pasca-pilkada. Ia berharap masyarakat dapat kembali beraktivitas seperti biasa dan seluruh aparatur sipil negara (ASN) dapat kembali menjalankan tugasnya.
Konflik pilkada di Puncak Jaya yang terjadi sejak 27 November hingga 4 April 2025 telah mengakibatkan 14 orang meninggal dunia, ratusan orang luka-luka, dan banyak bangunan rusak. Ritual belah doli diharapkan menjadi titik balik bagi Puncak Jaya untuk memulai lembaran baru yang penuh kedamaian dan pembangunan.
- Catatan:
- 27 November - Awal konflik Pilkada Puncak Jaya
- 4 April 2025 - Akhir konflik Pilkada Puncak Jaya
- 14 Orang - Tewas akibat konflik Pilkada Puncak Jaya
- 658 Orang - Luka-luka akibat konflik Pilkada Puncak Jaya
- 201 Bangunan - Dibakar akibat konflik Pilkada Puncak Jaya