Dampak Kehilangan Orang Tua di Usia Muda: Peningkatan Risiko Perundungan pada Anak dan Remaja
Kehilangan orang tua atau wali adalah pengalaman traumatis yang dapat memberikan dampak mendalam, terutama bagi anak-anak dan remaja. Sebuah studi terbaru dari Boston University School of Public Health (BUSPH) menyoroti korelasi signifikan antara kehilangan orang tua di usia muda dan peningkatan risiko menjadi korban perundungan atau bullying di sekolah.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Affective Disorders edisi Juli 2025, menganalisis data dari survei terhadap lebih dari 21.000 anak di Tiongkok. Temuan menunjukkan bahwa remaja yang mengalami kehilangan orang tua memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menjadi target perundungan. Studi ini juga mengidentifikasi beberapa faktor yang memperburuk risiko tersebut, termasuk jenis kelamin anak, jenis kelamin orang tua yang meninggal, usia anak saat kehilangan terjadi, dan lokasi geografis tempat tinggal.
Remaja yang tinggal di daerah pedesaan, anak perempuan, dan remaja yang lebih tua (usia 13-17 tahun) menunjukkan risiko perundungan yang lebih tinggi setelah kehilangan orang tua. Dr. Ziming Xuan, profesor ilmu kesehatan masyarakat di BUSPH dan penulis senior studi ini, menekankan bahwa kematian orang tua di masa kanak-kanak merupakan pengalaman traumatis yang meningkatkan kerentanan terhadap berbagai dampak negatif, termasuk menjadi korban perundungan.
Kematian ibu, khususnya, terbukti meningkatkan risiko perundungan pada remaja laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan seorang ibu memiliki peran protektif yang unik dalam perkembangan sosial dan emosional anak laki-laki.
Studi ini menyoroti pentingnya peran orang tua dalam membentuk kesejahteraan fisik, mental, ekonomi, dan sosial anak-anak. Dukungan orang tua memengaruhi cara anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya dan menjalin hubungan di lingkungan sekolah. Data untuk penelitian ini diambil dari Mental Health Survey for Children and Adolescents, sebuah survei skala besar yang menilai kesehatan mental lebih dari 35.000 anak berusia 10-17 tahun di wilayah barat daya Tiongkok.
Survei tersebut mengungkapkan bahwa hampir tiga persen peserta mengalami kehilangan orang tua, dan lebih dari 15 persen melaporkan menjadi korban perundungan di sekolah. Penting untuk dicatat bahwa sebagian besar kematian orang tua dalam periode studi ini terjadi sebelum pandemi COVID-19. Namun, diperkirakan bahwa pandemi telah menyebabkan lebih dari delapan juta anak di bawah usia 18 tahun di seluruh dunia kehilangan orang tua atau wali utama.
Di Amerika Serikat, lebih dari empat persen anak-anak hingga usia 17 tahun telah kehilangan setidaknya satu orang tua pada tahun 2021. Para peneliti berharap bahwa temuan dari studi ini dapat menginformasikan pengembangan dukungan yang lebih efektif dan disesuaikan untuk remaja yang berduka akibat kehilangan orang tua.
Dr. Xuan menekankan perlunya intervensi berlapis dan jangka panjang untuk mengurangi risiko perundungan di kalangan anak-anak yang berduka. Intervensi ini harus mencakup:
- Konseling yang dipersonalisasi
- Keterlibatan aktif dari wali yang tersisa atau keluarga besar
- Program yang disesuaikan dengan tahap perkembangan dan konteks budaya anak.
Dr. Xuan juga menambahkan bahwa dukungan ini harus berkembang seiring waktu untuk memenuhi perubahan kebutuhan anak-anak selama proses berduka. Selain itu, sekolah juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa yang berduka. Pendidik dan staf sekolah harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda kesedihan dan kerentanan, serta untuk menumbuhkan iklim sekolah yang inklusif dan empatik. Lingkungan sekolah yang hangat dan penuh perhatian dapat membantu mengurangi risiko perundungan dan meningkatkan resiliensi di kalangan remaja yang berduka.