Perpustakaan Taman Ismail Marzuki: Oase Pengetahuan dan Tempat Ngabuburit di Bulan Ramadan
Perpustakaan Taman Ismail Marzuki: Oase Pengetahuan dan Tempat Ngabuburit di Bulan Ramadan
Di tengah hiruk-pikuk aktivitas menjelang berbuka puasa, Perpustakaan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta Pusat menjadi pilihan menarik bagi sejumlah warga. Bukan sekadar tempat meminjam buku, perpustakaan ini menjelma menjadi ruang publik yang nyaman dan produktif, terutama bagi mereka yang ingin menghabiskan waktu ngabuburit dengan cara yang berbeda. Pengunjung beragam, mulai dari mahasiswa, pekerja kantoran, hingga pelajar, menjadikan perpustakaan ini sebagai alternatif menghabiskan waktu luang di bulan Ramadan.
Arin (25), seorang pekerja, misalnya, mengatakan bahwa Perpustakaan TIM menjadi tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu luang, bahkan sudah menjadi rutinitas bulanannya. Kedekatan lokasi dengan tempat tinggalnya menjadi faktor utama, namun kenyamanan dan suasana yang kondusif juga menjadi daya tarik tersendiri. "Kalau di sini recommended juga, soalnya kalau puasa itu kadang kita bingung mau ke mana. Kan kadang kalau main biasanya jajan, jadi ini salah satu opsi yang pas," ujarnya. Ia memilih Perpustakaan TIM sebagai alternatif dari kafe-kafe yang biasanya ramai dikunjungi saat akhir pekan, khususnya selama bulan Ramadan.
Senada dengan Arin, Reva (18), seorang pelajar kelas XII, juga menjadikan Perpustakaan TIM sebagai tempat belajar sekaligus ngabuburit. Menurutnya, suasana perpustakaan yang nyaman dan tenang sangat mendukung konsentrasi belajarnya. Ia berharap jam operasional perpustakaan dapat diperpanjang untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung yang ingin memanfaatkan waktu belajar lebih lama. "Tadi diajak kakak buat ke sini, jadi ya sudah sekalian aja ngabuburit, sekalian belajar nunggu buka puasa. Harapannya jamnya diperpanjang, karena masih pengin belajar tapi udah tutup gitu, padahal bagus fasilitasnya," ungkap Reva.
Haya (26), seorang pekerja dengan sistem kerja Work From Anywhere (WFA), juga turut merasakan kenyamanan Perpustakaan TIM. Ia melihat perpustakaan sebagai alternatif tempat nongkrong yang produktif, berbeda dengan kafe-kafe yang biasa menjadi pilihannya di luar bulan Ramadan. "Kebetulan kantor saya menerapkan WFA, jadi kayak biasanya kan kalau bukan Ramadan bisa ngafe. Ini mending cari perpustakaan aja deh biar tetap bisa nongkrong, sambil nunggu, suasananya di TIM ini kayak di kafe," tutur Haya. Lebih jauh, ia berharap Perpustakaan TIM dapat beroperasi selama 24 jam, layaknya ruang belajar publik di beberapa negara seperti Korea Selatan, sehingga dapat memberikan akses lebih luas bagi anak muda untuk tetap produktif.
Pengelola Perpustakaan TIM memberlakukan pengumuman melalui pengeras suara bagi pengunjung untuk merapikan barang-barang mereka menjelang pukul 16.00 sore. Meskipun demikian, antusiasme pengunjung untuk menjadikan Perpustakaan TIM sebagai tempat ngabuburit tetap tinggi, menunjukkan perpustakaan ini mampu menjadi alternatif ruang publik yang inklusif dan bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama di bulan Ramadan.