China Kembali Aktifkan Penerimaan Pesawat Boeing Setelah Jeda Perang Dagang dengan AS

China Kembali Aktifkan Penerimaan Pesawat Boeing Setelah Jeda Perang Dagang dengan AS

Beijing dilaporkan telah mencabut pembatasan terhadap maskapai penerbangan domestik untuk menerima pengiriman pesawat baru dari Boeing, produsen pesawat asal Amerika Serikat. Langkah ini menyusul kesepakatan antara Amerika Serikat dan China untuk menghentikan sementara perang dagang yang telah berlangsung selama beberapa waktu.

Keputusan untuk melanjutkan penerimaan pesawat Boeing diumumkan kepada maskapai penerbangan dan lembaga pemerintah China pada pekan ini. Hal ini menjadi sinyal positif bagi industri penerbangan global, terutama bagi Boeing yang sebelumnya mengalami kendala dalam pengiriman pesawat ke pasar China.

Sebelumnya, perang dagang antara kedua negara telah menyebabkan terhambatnya pengiriman pesawat Boeing ke China. Beberapa pelanggan Boeing di China bahkan menyatakan tidak akan menerima pengiriman pesawat baru karena adanya tarif yang diberlakukan sebagai dampak dari perang dagang.

CEO Boeing, Kelly Ortberg, mengonfirmasi bahwa sejumlah pesawat 737 Max yang berada di pusat penyelesaian Boeing di Zhoushan, China, telah dikembalikan ke Amerika Serikat akibat situasi tersebut. Namun, Ortberg menegaskan bahwa Boeing memiliki banyak pelanggan lain yang berminat pada pesawat Max dan tidak akan membiarkan masalah ini menghambat pemulihan perusahaan.

Kesepakatan antara AS dan China untuk menghentikan sementara penerapan tarif impor selama 90 hari diharapkan dapat meredakan ketegangan perdagangan dan menciptakan iklim yang lebih kondusif bagi perdagangan internasional. Kedua negara berupaya untuk mengakhiri perang dagang yang telah mengganggu prospek ekonomi global dan menyebabkan gejolak di pasar keuangan.

Perang dagang antara AS dan China telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir, dengan kedua negara saling memberlakukan tarif impor terhadap barang-barang dari negara lain. Sengketa tarif ini telah menyebabkan terhambatnya perdagangan senilai ratusan miliar dolar AS, mengganggu rantai pasokan, memicu kekhawatiran akan stagnasi ekonomi, dan menyebabkan pemutusan hubungan kerja.

Selama masa perang dagang, AS telah menaikkan tarif yang dibayarkan oleh importir AS untuk barang-barang dari China. China membalas dengan memberlakukan pembatasan ekspor pada beberapa komoditas penting dan menaikkan tarif pada barang-barang AS.

Dengan adanya kesepakatan untuk menghentikan sementara perang dagang, diharapkan hubungan perdagangan antara AS dan China dapat kembali normal dan memberikan dampak positif bagi ekonomi global.