Jembatan Penghubung Antar Desa di Pasuruan Putus Akibat Erosi Sungai, Akses Warga Terhambat

Jembatan di Pasuruan Ambruk, Warga Terpaksa Tempuh Rute Alternatif Lebih Jauh

Hujan deras yang mengguyur kawasan pegunungan Nongkojajar dan Tutur, Kabupaten Pasuruan, menyebabkan sebuah jembatan di Desa Karangjati Anyar, Kecamatan Wonorejo, ambruk pada Senin malam (12/05/2025). Insiden ini memutus akses vital bagi warga setempat dan memaksa mereka untuk mengambil rute alternatif yang lebih jauh.

Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Sugeng Hariyadi, jembatan sepanjang 12 meter dan lebar 5 meter tersebut ambrol akibat derasnya aliran sungai di bawahnya. Erosi yang disebabkan oleh volume air yang meningkat secara signifikan selama hujan lebat menjadi penyebab utama kerusakan struktur jembatan.

Warga setempat melaporkan bahwa aliran sungai telah meningkat secara signifikan sejak siang hari sebelum kejadian. Setelah jembatan ambruk, warga segera memasang penanda untuk menutup akses dan mencegah potensi kecelakaan.

Sebagai respons cepat, BPBD bersama warga bergotong royong membangun jembatan darurat dari bambu. Jembatan sementara ini ditujukan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, dengan prioritas diberikan kepada anak-anak sekolah, warga yang melakukan kegiatan sosial, dan petani.

Putusnya jembatan ini berdampak signifikan pada aktivitas sehari-hari warga. Jembatan tersebut merupakan jalur penghubung utama antar desa, menghubungkan Desa Puntir dan Desa Martopuro di selatan dengan Desa Pakijangan di utara. Tanpa jembatan, warga harus memutar sejauh 2 kilometer atau lebih untuk mencapai tujuan mereka.

Mamat, seorang warga Desa Karangjati Anyar, mengungkapkan harapannya agar jembatan permanen segera dibangun kembali. Ia mengatakan bahwa rute alternatif yang lebih jauh menyulitkan warga untuk beraktivitas, terutama saat pergi ke pasar atau mengunjungi desa tetangga.

BPBD Kabupaten Pasuruan saat ini tengah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk merencanakan pembangunan kembali jembatan yang ambruk. Pembangunan jembatan permanen diharapkan dapat segera direalisasikan untuk memulihkan aksesibilitas dan aktivitas ekonomi warga setempat.

Dampak Putusnya Jembatan:

  • Terputusnya akses utama antar desa
  • Warga harus memutar lebih jauh (2 kilometer atau lebih)
  • Aktivitas ekonomi dan sosial terganggu
  • Pembuatan jembatan darurat untuk pejalan kaki dan sepeda

Upaya Penanganan:

  • BPBD dan warga membangun jembatan darurat
  • Koordinasi untuk pembangunan jembatan permanen
  • Prioritas penggunaan jembatan darurat untuk anak sekolah, kegiatan sosial, dan petani