Indonesia Berduka: Eddie Nalapraya, Sang Legenda Pencak Silat, Tutup Usia
Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya, Mayjen TNI (Purn) Eddie Mardjoeki Nalapraya, yang menghembuskan nafas terakhir pada hari Selasa, 13 Mei 2025, di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Almarhum wafat pada usia 93 tahun. Kepergian tokoh yang dikenal luas sebagai pilar pencak silat Indonesia dan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini meninggalkan duka mendalam bagi bangsa.
Kabar duka ini dikonfirmasi oleh Staf Khusus Gubernur Jakarta Bidang Komunikasi Publik, Chico Hakim. Jenazah Almarhum disemayamkan di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.
Eddie Nalapraya, seorang tokoh yang tak lekang oleh waktu, meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Indonesia. Beliau bukan hanya seorang mantan Wakil Gubernur Jakarta, tetapi juga seorang tokoh militer yang dihormati dan seorang pejuang sejati bagi pelestarian dan pengembangan pencak silat, seni bela diri tradisional Indonesia.
Salah satu kontribusi terbesarnya adalah perannya dalam membawa pencak silat diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada tahun 2019. Dedikasinya yang tak kenal lelah telah membantu memperkenalkan pencak silat ke panggung dunia, mempromosikan warisan budaya Indonesia ke seluruh penjuru bumi.
Perjalanan panjang Eddie Nalapraya di dunia pencak silat dimulai sejak tahun 1978, ketika beliau menjabat sebagai Ketua Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) DKI Jakarta. Pada tahun 1980, beliau menggagas berdirinya Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa (PERSILAT), sebuah organisasi yang bertujuan untuk menyebarkan pencak silat ke seluruh dunia. Dari tahun 1981 hingga 2003, Eddie Nalapraya menjabat sebagai Ketua Umum PB IPSI, memimpin organisasi tersebut dengan visi dan dedikasi yang tinggi. Di bawah kepemimpinannya, pencak silat berhasil masuk sebagai cabang olahraga resmi dalam SEA Games 1987, sebuah pencapaian yang membanggakan bagi Indonesia.
Selain itu, Eddie Nalapraya juga mendorong penyelenggaraan kejuaraan pencak silat di Eropa pada tahun 2008, yang mengantarkannya pada gelar "Bapak Pencak Silat Eropa" di Swiss. Pengakuan atas kontribusinya tidak berhenti di situ. Bahkan, saat kunjungan Presiden Spanyol ke Indonesia, Eddie Nalapraya dijuluki sebagai "Bapak Pencak Silat Dunia", sebuah penghargaan yang pantas atas dedikasinya yang luar biasa.
Sebelum berkiprah di dunia pemerintahan dan olahraga, Eddie Nalapraya telah menorehkan prestasi gemilang di dunia militer. Ia mengawali karier militernya sejak usia 16 tahun, bergabung dengan Detasemen Garuda Putih pada masa Agresi Militer Belanda I. Semangat juangnya yang tinggi dan kecerdikannya dalam bertempur membuatnya disegani oleh kawan dan lawan. Salah satu kisah heroiknya yang terkenal adalah aksinya menanam bom batok yang disamarkan dengan kotoran kerbau atau sapi untuk melawan penjajah.
Pada tahun 1950, Eddie Nalapraya diangkat menjadi sersan, dan terus menanjak hingga mencapai pangkat mayor jenderal pada usia 80 tahun. Pada tahun 1960, ia juga pernah tergabung dalam pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikirim ke Kongo, menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dunia.
Riwayat pendidikan militernya pun patut diacungi jempol. Eddie Nalapraya menyelesaikan pendidikan dasar di Tasikmalaya, kemudian melanjutkan ke Sekolah Bintara Administrasi di Surabaya (1951), Sekolah Bintara Atas di Bandung (1955), dan Sekolah Perwira di Bandung (1957). Ia juga sempat mengikuti Security Course di Jepang (1962) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat (1972), menunjukkan komitmennya untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Mayjen (Purn) Eddie Nalapraya adalah sosok yang lengkap, seorang tentara, seorang birokrat, seorang pejuang kebudayaan, dan seorang visioner. Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi Indonesia. Namun, semangat dan dedikasinya akan terus menginspirasi generasi mendatang untuk mencintai tanah air, melestarikan budaya bangsa, dan berjuang untuk kemajuan Indonesia. Selamat jalan, Sang Legenda.
- Ketua Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) DKI Jakarta pada 1978
- Menggagas berdirinya Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa (PERSILAT)
- Ketua Umum PB IPSI (1981 – 2003)