Borobudur Jadi Simbol Toleransi: Waisak Dirayakan Lintas Agama
Perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur tahun 2025 bukan hanya menjadi momen sakral bagi umat Buddha, tetapi juga perwujudan nyata toleransi dan kebersamaan lintas agama. Ribuan orang dari berbagai latar belakang keyakinan berkumpul di Magelang, Jawa Tengah, untuk menyaksikan dan berpartisipasi dalam rangkaian acara Waisak yang khidmat dan memukau.
Atmosfer toleransi terasa kental sejak dimulainya rangkaian acara. Umat Buddha dari berbagai negara, termasuk para biksu thudong yang berjalan kaki ribuan kilometer dari Thailand, dengan tekun menjalankan ritual dan prosesi keagamaan. Sementara itu, masyarakat lokal, wisatawan domestik dan mancanegara, serta relawan dari berbagai agama turut serta dalam memeriahkan acara. Beberapa warga lokal memanfaatkan momen ini untuk mencari rezeki, sementara yang lain dengan sukarela menjadi panitia atau relawan, menunjukkan semangat gotong royong yang tinggi.
Kehadiran berbagai elemen masyarakat ini menjadi bukti bahwa Waisak bukan hanya milik umat Buddha, tetapi juga milik seluruh bangsa Indonesia. Yunias, seorang ibu beragama Kristen dari Temanggung, membawa serta anaknya untuk mengenalkan Hari Raya Waisak. Ia berharap, perayaan ini dapat meningkatkan kesadaran toleransi pada sang anak. Cia, seorang wisatawan asal Surabaya yang juga beragama Kristen, mengungkapkan rasa penasarannya terhadap Festival Lampion dan prosesi Waisak. Ia ingin merasakan langsung pengalaman spiritual dan sakral yang ditawarkan oleh perayaan ini.
Angelica dan Lily, dua remaja Gen Z yang beragama Kristen, memilih menjadi relawan untuk mendapatkan pengalaman unik dan berpartisipasi dalam momen penting umat Buddha. Mereka merasa terhormat dapat membantu dan merayakan bersama, sebagai wujud toleransi dan saling menghormati antarumat beragama.
Perayaan Waisak di Borobudur menjadi simbol persatuan dan kebersamaan dalam keberagaman. Momen ini menjadi pengingat bahwa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan saling menghormati antarumat beragama. Waisak bukan hanya sekadar upacara keagamaan, tetapi juga festival budaya yang mempererat tali persaudaraan dan memperkuat identitas bangsa.
Berikut adalah beberapa aktivitas utama selama perayaan Waisak:
- Kirab Waisak: Prosesi arak-arakan yang melibatkan umat Buddha, biksu, dan masyarakat umum.
- Meditasi: Kegiatan kontemplasi dan perenungan yang dilakukan oleh umat Buddha.
- Pradaksina: Ritual berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebagai bentuk penghormatan.
- Festival Lampion: Acara pelepasan lampion yang menjadi simbol penerangan dan harapan.
- Thudong: Para biksu berjalan kaki ribuan kilometer sebagai bentuk laku spiritual.