Masjid Cut Meutia: Transformasi Bangunan Kolonial Menjadi Rumah Ibadah Ikonik di Menteng
Masjid Cut Meutia, yang berdiri megah di Jalan Cut Meutia Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat, menyimpan jejak sejarah yang unik. Bangunan ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan saksi bisu perjalanan panjang dari era kolonial Belanda hingga kini. Lokasinya yang strategis, dekat dengan Stasiun Gondangdia, menjadikannya mudah diakses dan dikenali.
Dari Biro Arsitek Hingga Rumah Ibadah
Masjid Cut Meutia, dahulu dikenal sebagai gedung Naamloze Vennootschap de Bouwploeg (NV de Bouwploeg), merupakan kantor biro arsitek dan pengembang kawasan Nieuw Gondangdia, yang kini dikenal sebagai Menteng. Pieter Adriaan Jacobus Moojen, seorang arsitek ternama pada masanya, merancang bangunan ini pada tahun 1912. Moojen juga berperan penting dalam merancang kawasan Menteng sebagai area perumahan elite pada masa itu. Kawasan Nieuw Gondangdia memiliki akses masuk eksklusif melalui Jalan Cut Meutia.
Bangunan ini kemudian mengalami berbagai perubahan fungsi. Selain menjadi kantor arsitek, gedung ini sempat menjadi kantor Provinciale Waterstaat yang mengurusi irigasi, kantor pos pembantu, markas Angkatan Laut Jepang selama Perang Dunia II, kantor Jawatan Kereta Api Belanda, kantor urusan agama, hingga kantor Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) hingga tahun 1970. AH Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Ketua MPRS, mengusulkan agar gedung ini diubah menjadi masjid setelah kantor MPRS dipindahkan ke Senayan. Usulan ini disambut baik, dan akhirnya bangunan tersebut resmi difungsikan sebagai masjid untuk masyarakat sekitar.
Arsitektur yang Terjaga
Arsitektur Masjid Cut Meutia masih mempertahankan bentuk aslinya sejak era kolonial Belanda. Statusnya sebagai cagar budaya mengharuskan pelestarian bentuk asli bangunan, termasuk warna cat yang didominasi putih dan hijau. Kaca patri berwarna kuning kecokelatan menghiasi bagian depan masjid, menambah sentuhan klasik pada bangunan. Memasuki bagian dalam masjid, pengunjung akan disambut dengan karpet yang nyaman dan lampu gantung yang telah ada sejak masjid ini diresmikan. Struktur bangunan pun masih menggunakan material asli dari zaman Belanda, yaitu bata dan semen yang dilapisi kapur untuk memperkuat konstruksi.
Masjid Cut Meutia memiliki luas lahan 1.792 meter persegi dengan luas bangunan lebih dari 300 meter persegi. Terdapat dua pintu masuk utama dari arah utara dan selatan. Di dalam kompleks masjid, tersedia fasilitas seperti area parkir, tempat wudhu, koperasi masjid, dan aula. Bangunan masjid terdiri dari dua lantai, dengan lantai atas digunakan sebagai ruang salat tambahan saat jamaah membludak, terutama saat salat Jumat atau bulan Ramadan.
Masjid Cut Meutia bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga merupakan bagian penting dari sejarah dan warisan arsitektur Jakarta. Keberadaannya menjadi pengingat akan perjalanan panjang kota ini, dari masa kolonial hingga era modern.