Toyota Dikabarkan Mengincar Neta Auto di Tengah Krisis Finansial Perusahaan Mobil Listrik China

Raksasa otomotif Jepang, Toyota, dikabarkan tengah menjajaki kemungkinan akuisisi terhadap produsen mobil listrik asal China, Neta Auto. Langkah ini diyakini sebagai upaya Toyota untuk memperkuat posisinya di pasar kendaraan listrik (EV) yang kompetitif di China, sekaligus memberikan solusi bagi masalah keuangan yang tengah membelit Neta Auto.

Kabar ini mencuat di tengah laporan mengenai kesulitan finansial yang dialami Neta Auto sejak pertengahan tahun 2024. Perusahaan tersebut dilaporkan mengalami penghentian produksi, pemutusan hubungan kerja (PHK), serta berupaya keras mencari pendanaan eksternal. Bahkan, pabrik Tongxiang milik Neta Auto sempat dibuka kembali pada awal Januari, namun operasionalnya kembali terhenti karena kekurangan suku cadang yang signifikan, menyebabkan investor menarik diri.

Neta Auto dilaporkan menderita kerugian hingga belasan miliar yuan dan memiliki utang miliaran yuan kepada para pemasok. Akuisisi oleh Toyota dapat memberikan akses bagi raksasa Jepang tersebut ke aset dan pengetahuan lokal Neta Auto, yang dapat mempercepat peluncuran kendaraan listrik Toyota di pasar China. Namun, Direktur Komunikasi Merek Toyota China, Xu Yiming, telah membantah rumor tersebut.

Penjualan Neta Auto mengalami penurunan signifikan pada tahun 2024, hanya mencapai 64.500 unit. Penurunan dramatis berlanjut pada Januari 2025, dengan penjualan anjlok hampir 98% year-on-year menjadi hanya 110 unit. Perusahaan ini juga menghadapi kritik terkait teknologi yang dianggap usang dan klaim performa yang berlebihan.

Neta Auto juga beroperasi di Indonesia, bahkan memiliki fasilitas perakitan mobil listrik. Neta Auto Indonesia membantah rumor kebangkrutan dan menyatakan akan mengambil tindakan hukum terhadap pihak-pihak yang merugikan reputasi perusahaan. Namun, diler resmi pertama Neta di Kelapa Gading, Jakarta, telah berhenti beroperasi secara permanen.

Akuisisi potensial ini akan menjadi langkah besar bagi Toyota dalam upaya ambisius mereka di pasar EV China. Dengan memanfaatkan basis produksi, jaringan distribusi, dan teknologi Neta Auto, Toyota dapat mempercepat pengembangan dan peluncuran mobil listrik yang inovatif, memenuhi permintaan yang terus meningkat dari konsumen China yang semakin peduli terhadap lingkungan.

Namun, masih belum jelas bagaimana kesepakatan ini akan berjalan, mengingat penolakan dari pihak Toyota dan tantangan-tantangan yang dihadapi Neta Auto. Pasar akan terus mengawasi perkembangan lebih lanjut dalam saga akuisisi yang berpotensi mengubah lanskap industri otomotif di China dan global.