Pasca Ledakan di Garut, Purnawirawan Jenderal TNI Soroti Potensi Pemanfaatan Sisa Amunisi oleh Masyarakat
Purnawirawan Jenderal TNI, Dudung Abdurachman, menyoroti fenomena masyarakat yang kerap mencari sisa-sisa amunisi di area latihan militer atau lokasi pemusnahan amunisi. Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap insiden ledakan yang terjadi di Garut, Jawa Barat, saat proses pemusnahan amunisi kadaluwarsa.
Dudung mengungkapkan bahwa selongsong peluru, yang umumnya terbuat dari kuningan, memiliki nilai jual di mata masyarakat. "Di daerah latihan, warga sering memanfaatkan momen latihan menembak. Selongsong-selongsong itu kan kuningan, bisa dijual," ujarnya, menekankan bahwa praktik ini perlu mendapatkan perhatian serius dan penertiban lebih lanjut.
Ia menambahkan, "Ke depan harus kita tertibkan. Setelah latihan, masyarakat berbondong-bondong mencari serpihan-serpihan seperti itu," ungkapnya.
Menyikapi insiden di Garut, Dudung mendorong evaluasi prosedur pemusnahan amunisi. Ia menyarankan agar proses tersebut tidak lagi melibatkan masyarakat sipil, meskipun selama ini mereka dilibatkan dalam penggalian lubang untuk peledakan dengan imbalan upah.
"Memang ke depan harus kita evaluasi bahwa prosedur di dalam pemusnahan itu jangan sampai melibatkan masyarakat. Walaupun masyarakat itu dalam proses penggalian itu diberi upah dan sebagainya, tetapi ini untuk antisipasi jangan sampai terjadi hal-hal yang terjadi seperti kemarin," tegasnya. Dudung menjelaskan bahwa keterbatasan personel dan kebutuhan tenaga untuk penggalian lubang sering menjadi alasan pelibatan masyarakat.
Ledakan di Garut sendiri terjadi pada Senin (12/5/2025) di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong. Proses pemusnahan amunisi dilakukan oleh personel TNI dari Pusat Peralatan Angkatan Darat (Puspalad) dengan metode peledakan di tiga titik lubang. Dua peledakan awal berjalan lancar, namun ledakan tak terduga terjadi saat persiapan pemusnahan di lubang ketiga.
Saat kejadian, sejumlah personel TNI dan warga sipil berada di sekitar lokasi. Akibat ledakan tersebut, 13 orang meninggal dunia, terdiri dari 4 anggota TNI dan 9 warga sipil.