Nissan Terhuyung: Laba Operasi Terjun Bebas, PHK Massal Mengintai

Kinerja keuangan Nissan Motor Co. mengalami penurunan tajam, memicu langkah-langkah restrukturisasi besar-besaran yang mencakup pemangkasan tenaga kerja dan konsolidasi operasional.

Laporan kuartal IV tahun fiskal 2024 mengungkapkan bahwa laba operasi Nissan anjlok hingga 94% secara tahunan, hanya mencapai 5,8 miliar yen. Meskipun pendapatan secara keseluruhan relatif stabil, perusahaan mencatatkan kerugian bersih yang signifikan sebesar 676 miliar yen (sekitar 4,5 miliar dollar AS). Angka ini kontras tajam dengan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana Nissan berhasil membukukan laba sebesar 101,3 miliar yen.

Penurunan kinerja ini berlanjut sepanjang tahun, dengan laba operasi tahunan merosot hampir 88% menjadi 69,8 miliar yen. Pihak perusahaan mengaitkan hasil negatif ini dengan sejumlah faktor, termasuk penurunan volume penjualan, peningkatan insentif untuk menarik pembeli, dan tekanan inflasi yang berkelanjutan. Sementara pendapatan tahunan juga cenderung stagnan.

Menanggapi tantangan ini, Nissan mengumumkan rencana penghematan biaya yang ambisius, menargetkan pengurangan sebesar 500 miliar yen dalam beberapa tahun mendatang. Strategi ini mencakup rasionalisasi tenaga kerja dengan pengurangan sekitar 20.000 karyawan, serta konsolidasi fasilitas produksi dari 17 menjadi hanya 10 pabrik pada Maret 2028. Langkah-langkah efisiensi ini diharapkan dapat memangkas biaya operasional dan meningkatkan profitabilitas jangka panjang.

Keputusan untuk mengurangi jumlah karyawan hingga 20.000 orang atau setara dengan 15 persen dari total karyawan global perusahaan, merupakan bagian dari upaya restrukturisasi yang lebih luas. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap penurunan penjualan di pasar-pasar utama seperti China dan Amerika Serikat (AS). Di mana Nissan mengalami kesulitan untuk bersaing dengan tren pasar yang berkembang pesat.

Sebelumnya, Nissan telah memperingatkan potensi kerugian bersih antara 700 hingga 750 miliar yen, sebagian besar disebabkan oleh penurunan nilai aset. Kegagalan Nissan dalam beradaptasi dengan meningkatnya permintaan mobil hybrid di AS, serta hilangnya keunggulan kompetitif di sektor kendaraan listrik, semakin memperburuk situasi.

Di pasar otomotif terbesar di dunia, China, penjualan Nissan mengalami penurunan dan kehilangan pangsa pasar yang signifikan. Persaingan yang ketat dari produsen lokal dan perubahan preferensi konsumen menjadi tantangan utama bagi Nissan di wilayah ini.

Guna mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan memulihkan kinerja, Nissan berencana meluncurkan sekitar 10 model baru dalam beberapa tahun ke depan. Strategi ini bertujuan untuk menyegarkan jajaran produk, menarik pelanggan baru, dan merebut kembali pangsa pasar yang hilang. Model-model baru ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang dan meningkatkan daya saing Nissan di tingkat global.