Pengakuan Buruh Harian di Lokasi Ledakan Garut: Bongkar Selongsong Amunisi dengan Upah Harian
Tragedi ledakan di lokasi pemusnahan amunisi di Garut menyisakan cerita pilu sekaligus mengungkap fakta baru. Agus Setiawan, seorang warga Desa Sagara, Cibalong, yang menjadi saksi mata sekaligus korban, mengungkapkan bahwa dirinya dan sejumlah warga lain bukanlah pemulung seperti yang dikabarkan. Mereka adalah buruh harian yang dipekerjakan untuk membongkar selongsong amunisi yang sudah tidak layak pakai.
Dalam pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, di RSUD Pameungpeuk, Agus menjelaskan detail pekerjaannya. Ia dan rekan-rekannya diupah untuk melepaskan selongsong peluru dari amunisi yang akan dimusnahkan. Pekerjaan ini bersifat proyek, berlangsung sekitar 12 hari setiap kali ada kiriman amunisi baru. Upah yang diterima pun bervariasi, Agus sendiri menerima Rp 150 ribu per hari, sementara koordinator atau pekerja senior mendapatkan upah lebih tinggi, mencapai Rp 200 ribu.
Selain pekerjaan utama sebagai buruh bongkar selongsong, Agus mengakui bahwa ia dan rekan-rekannya juga memanfaatkan sisa-sisa amunisi yang telah diledakkan untuk dipulung dan dijual sebagai barang rongsokan. Aktivitas ini menjadi tambahan penghasilan bagi mereka.
Ledakan dahsyat yang terjadi pada Senin pagi tersebut tidak hanya menghancurkan bangunan dan melukai warga, tetapi juga merenggut nyawa Rustiawan, adik kandung Agus. Kesedihan dan trauma mendalam dirasakan Agus atas kejadian tragis yang menimpanya dan keluarganya.