Menjelajahi Angkasa: Daftar Hewan yang Pernah Terbang ke Luar Bumi Sebelum Manusia

Pionir Angkasa: Hewan-Hewan yang Mendahului Manusia dalam Penjelajahan Luar Angkasa

Sejarah penjelajahan luar angkasa seringkali didominasi oleh kisah heroik Neil Armstrong dan Buzz Aldrin yang menjejakkan kaki di Bulan pada tahun 1969. Namun, jauh sebelum momen ikonik itu, sederet hewan telah lebih dulu dikirim ke angkasa sebagai bagian dari eksperimen ilmiah. Misi-misi ini bertujuan untuk memahami dampak lingkungan ekstrem luar angkasa terhadap makhluk hidup, khususnya efek radiasi kosmik dan gaya gravitasi mikro. Berikut adalah beberapa hewan yang tercatat dalam sejarah penjelajahan antariksa:

  • Lalat Buah: Pada tahun 1947, lalat buah menjadi makhluk hidup pertama yang dikirim ke luar angkasa. Ilmuwan Amerika Serikat memilih lalat buah karena kesamaan genetiknya dengan manusia. Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak rudal balistik yang berisi lalat buah berhasil kembali ke daratan. Fakta bahwa lalat tersebut masih hidup setelahnya membuat para ilmuwan ingin mengeksplorasi efek radiasi lebih lanjut.

  • Monyet dan Kera: Primata menjadi salah satu fokus utama dalam penelitian luar angkasa. Pada tahun 1949, seekor monyet rhesus bernama Albert II diluncurkan ke ketinggian 134 km. Sayangnya, ia meninggal dunia akibat benturan saat kembali memasuki atmosfer bumi. Pada tahun 1961, NASA mengirim seekor simpanse bernama Ham ke luar angkasa. Ham berhasil kembali dengan selamat dan hidup hingga tahun 1983.

  • Tikus: Sebagai hewan yang umum digunakan dalam laboratorium, tikus juga turut serta dalam penjelajahan antariksa. Pada tahun 1950, tikus pertama mencapai ketinggian 137 km, namun roketnya hancur akibat kegagalan parasut saat kembali ke Bumi, menyebabkan kematian tikus tersebut.

  • Anjing: Laika, seekor anjing dari Moskow, menjadi hewan pertama yang mengorbit Bumi pada tahun 1957. Misi Laika menjadi tonggak sejarah, meskipun sangat disayangkan Laika tidak pernah kembali. Fakta yang baru terungkap kemudian adalah Laika meninggal dunia akibat kepanasan hanya lima jam setelah peluncuran.

  • Katak: Pada tahun 1970, NASA meluncurkan pesawat ruang angkasa Orbiting Frog Otolith yang membawa dua ekor katak banteng. Percobaan ini dirancang untuk meneliti pengaruh perjalanan luar angkasa terhadap mabuk perjalanan. Elektroda dan sistem vestibular dipasang di dalam telinga katak untuk merekam data tentang dampak keadaan tanpa bobot yang berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan bahwa katak mampu menyesuaikan diri dan sistem vestibular mereka kembali normal setelah enam hari.

  • Ikan: Eksperimen dengan hewan air juga dilakukan untuk memahami dampak lingkungan luar angkasa. Pada tahun 1973, NASA mengirim ikan mummichog dan telur-telurnya ke luar angkasa. Para ilmuwan ingin mengamati dampak gaya gravitasi mikro pada hewan yang bergerak secara tiga dimensi. Penelitian terhadap ikan terus berlanjut hingga era modern. Pada tahun 2012, badan antariksa Jepang mengirim ikan medaka ke Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk mempelajari respons mereka terhadap radiasi, degradasi tulang, dan pengecilan otot. Akuarium dilengkapi dengan sistem pemberian makan otomatis, sirkulasi air, dan lampu LED untuk mensimulasikan siang dan malam.

Misi-misi perintis ini tidak hanya memberikan data berharga tentang dampak lingkungan luar angkasa terhadap makhluk hidup, tetapi juga membuka jalan bagi penjelajahan antariksa manusia di masa depan. Pengorbanan hewan-hewan ini telah berkontribusi besar pada pemahaman kita tentang batas-batas kehidupan dan kemampuan adaptasi organisme di lingkungan yang ekstrem.