Waspadai Lonjakan Tekanan Darah: Kenali Faktor Risiko dan Tanda-Tanda Krisis Hipertensi
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, seringkali disebut sebagai "pembunuh senyap" karena banyak penderitanya tidak menyadari kondisi mereka hingga timbul komplikasi serius. Salah satu komplikasi yang mengintai adalah krisis hipertensi, kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera. Lonjakan tekanan darah secara tiba-tiba hingga mencapai 180/120 mmHg atau lebih dapat memicu kerusakan organ vital seperti otak, jantung, ginjal, dan mata.
Lalu, apa saja yang menyebabkan seseorang berisiko mengalami kondisi ini? Beberapa faktor risiko krisis hipertensi meliputi:
- Hipertensi yang tidak terkontrol: Kurangnya kesadaran untuk memeriksa tekanan darah secara berkala dapat menyebabkan hipertensi tidak terdeteksi dan tidak terkontrol. Bahkan, pada pasien yang sudah terdiagnosis hipertensi, ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter juga menjadi pemicu.
- Penggunaan obat-obatan tertentu: Beberapa jenis obat, termasuk narkoba stimulan seperti kokain dan methamphetamine, serta dekongestan, pereda nyeri tertentu, dan kortikosteroid, dapat meningkatkan tekanan darah secara signifikan.
- Kondisi medis tertentu: Penyakit ginjal, gagal jantung, stroke, kehamilan dengan preeklampsia atau eklampsia, dan gangguan endokrin dapat meningkatkan risiko krisis hipertensi.
- Stres dan kecemasan ekstrem: Kondisi psikologis yang berat juga dapat memicu lonjakan tekanan darah.
- Faktor usia: Orang yang berusia di atas 40 tahun lebih rentan mengalami krisis hipertensi.
- Pola makan: Konsumsi makanan tinggi natrium, seperti makanan olahan, makanan yang mengandung pengawet, dan makanan dengan tambahan garam berlebih, dapat meningkatkan risiko.
- Kebiasaan merokok: Merokok merupakan faktor risiko independen untuk berbagai penyakit kardiovaskular, termasuk hipertensi dan krisis hipertensi.
Meskipun tidak selalu menunjukkan gejala, krisis hipertensi dapat memunculkan tanda-tanda peringatan seperti:
- Sakit kepala hebat
- Penglihatan kabur
- Nyeri dada
- Kebingungan
- Kejang
- Mual dan muntah
- Sesak napas
- Penurunan kesadaran hingga pingsan
Perlu diingat bahwa krisis hipertensi dapat terjadi tanpa gejala yang jelas, terutama jika belum terjadi kerusakan organ. Jika kerusakan organ telah terjadi, kondisi ini disebut sebagai hipertensi emergensi, sedangkan jika belum terjadi kerusakan organ, disebut sebagai hipertensi urgensi. Penting untuk memantau tekanan darah secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala yang mencurigakan atau memiliki faktor risiko krisis hipertensi.