Dampak Positif Kesepakatan Dagang AS-China Terhadap Pergerakan IHSG
Potensi Penguatan IHSG Pasca Kesepakatan Sementara AS-China
Pasar modal Indonesia berpotensi merespon positif terhadap perkembangan terbaru dalam hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kesepakatan sementara yang dicapai oleh kedua negara ekonomi raksasa ini diperkirakan akan memberikan sentimen positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, adanya kesepakatan antara AS dan China mampu mendongkrak sentimen pasar global secara keseluruhan. Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa penguatan IHSG mungkin tidak akan terlalu signifikan karena kesepakatan ini belum menyelesaikan akar permasalahan struktural yang mendasari perselisihan dagang antara kedua negara. Potensi koreksi teknikal masih tetap ada, terutama di area resistance 6.970 hingga level psikologis 7.000.
Prospek Jangka Menengah dan Level Support IHSG
Dalam proyeksi jangka menengah, sekitar tiga bulan ke depan, jika sentimen positif global terus berlanjut, terutama dengan adanya indikasi penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (The Fed) sebesar 25 basis poin dan didukung oleh kinerja emiten yang solid pada kuartal II-2025, IHSG berpotensi menguji level resistance 7.200-7.250, bahkan dengan sedikit harapan mencapai 7.300. Namun, level support IHSG diperkirakan akan tetap kuat di kisaran 6.800 atau bahkan 6.650-6.550.
Liza Suryanata juga menyampaikan perlunya bersikap konservatif, berkaca pada pengalaman perang dagang tahun 2018-2019, di mana jeda waktu 90 hari tidak menghasilkan hasil yang konkret.
Peluang Arus Dana Asing dan Keuntungan Komoditas
Risiko sistemik dari perang dagang dapat mendorong investor global untuk kembali mengambil aset berisiko. Kondisi ini diharapkan dapat mendukung masuknya dana asing ke pasar obligasi dan saham Indonesia, terutama jika didukung oleh kebijakan suku bunga global yang lebih akomodatif. Meskipun demikian, foreign net sell masih tercatat cukup besar, yaitu sekitar Rp 54 triliun, dan IHSG belum mendapatkan aliran dana asing yang signifikan.
Indonesia memiliki keuntungan tersendiri dari sektor komoditas. Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari dua negara konsumen terbesar dunia, pasar Indonesia berpotensi mendapatkan manfaat dari pasar komoditas, mengingat karakteristik pasar Indonesia yang didorong oleh komoditas atau commodity-driven.
Detail Kesepakatan Sementara AS-China
Sebagai informasi tambahan, kesepakatan sementara antara AS dan China mencakup penurunan tarif AS atas barang China dari 145 persen menjadi 30 persen. Sementara itu, tarif China atas produk AS juga diturunkan dari 125 persen menjadi 10 persen. Kesepakatan tarif sementara ini berlaku efektif mulai 14 Mei 2025 selama 90 hari. Namun, tarif 20 persen atas produk terkait fentanyl asal China tetap diberlakukan.