Transformasi Kepemilikan Astra International: Dari William Soeryadjaya hingga Keluarga Keswick

PT Astra International Tbk, sebuah perusahaan konglomerasi dengan sejarah panjang di Indonesia, telah mengalami transformasi kepemilikan yang signifikan sejak didirikan. Dikenal luas sebagai salah satu perusahaan swasta terbesar di Indonesia dengan diversifikasi usaha yang luas, Astra telah melewati berbagai fase penting dalam perjalanannya.

Astra didirikan pada 20 Februari 1957 oleh William Soeryadjaya dan rekan-rekannya. Awalnya bernama PT Astra International Incorporated, perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan umum. Seiring waktu, Astra memperluas operasinya ke sektor otomotif, menjadi distributor tunggal untuk berbagai merek kendaraan roda empat dan roda dua terkemuka di Indonesia. Pada tahun 1990, Astra mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), menandai langkah penting dalam perkembangannya.

Masa Kepemimpinan William Soeryadjaya

William Soeryadjaya, pendiri Astra, lahir di Majalengka pada tahun 1922. Masa kecilnya diwarnai dengan kesulitan setelah menjadi yatim piatu di usia muda. Sempat berdagang kertas, benang tenun, dan hasil bumi, William kemudian melanjutkan studinya di Belanda untuk mempelajari industri penyamakan kulit. Sekembalinya ke Indonesia, ia mendirikan industri penyamakan kulit dan CV Sanggabuana, yang bergerak di bidang perdagangan dan ekspor-impor.

Setelah mengalami kerugian akibat penipuan dalam bisnisnya, William mendirikan PT Astra International Inc. bersama rekan-rekannya. Perusahaan ini awalnya fokus pada pemasaran minuman ringan dan ekspor hasil bumi. Di bawah kepemimpinan William Soeryadjaya, Astra berkembang pesat, terutama berkat dukungan kebijakan pemerintah Orde Baru. Astra ditunjuk sebagai pemasok kendaraan truk Chevrolet untuk program rehabilitasi pemerintah. Selanjutnya, Astra merakit truk Chevrolet, serta menjadi agen dan perakit alat berat Komatsu, mobil Toyota dan Daihatsu, sepeda motor Honda, dan mesin fotokopi Xerox.

Astra juga merambah sektor agrobisnis dengan membuka lahan pertanian kelapa dan casava di Lampung. Selain itu, Astra membeli Summa Handelsbank Ag di Jerman, yang pengelolaannya diserahkan kepada putranya, Edward Soeryadjaya. Namun, karena masalah kredit yang dialami bank tersebut, William Soeryadjaya terpaksa melepas kepemilikannya di Astra pada tahun 1992.

Perubahan Kepemilikan Saat Ini

Setelah William Soeryadjaya tidak lagi menjadi pemilik utama, kepemilikan Astra mengalami perubahan. Saat ini, pemegang saham pengendali Astra International adalah Jardine Cycle & Carriage Limited, dengan kepemilikan saham sebesar 50,11 persen. Jardine Cycle & Carriage Limited merupakan perusahaan induk investasi dari Jardine Matheson Group yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Singapura (SGX) dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Jardine Matheson.

Jardine Cycle & Carriage Limited dikendalikan oleh Jardine Strategic Limited, sebuah perusahaan tertutup yang berdomisili di Bermuda. Jardine Strategic Limited menguasai sebagian besar saham di Jardine Cycle & Carriage Limited. Selanjutnya, Jardine Strategic Limited dimiliki sepenuhnya oleh Jadine Matheson Holding Limited, yang juga terdaftar di Bermuda.

Jadine Matheson Holding adalah konglomerasi investasi milik keluarga Keswick asal Skotlandia. Kehadiran keluarga Keswick dalam struktur kepemilikan Astra terlihat dari adanya nama Benjamin William Keswick sebagai salah satu komisaris Astra Internasional. Sementara itu, publik memegang sekitar 49,89 persen saham Astra International.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan Astra International saat ini berada di bawah kendali Keluarga Keswick melalui Jardine Matheson Group. Transformasi kepemilikan ini menandai babak baru dalam sejarah panjang Astra sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.