BRIN Ungkap Potensi Daun Kelor dalam Penanggulangan Stunting di Gunungkidul

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah gencar melakukan penelitian terkait pemanfaatan daun kelor sebagai solusi potensial untuk mengatasi masalah stunting pada balita, khususnya di wilayah Gunungkidul, Yogyakarta. Penelitian ini berfokus pada pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan dasar daun kelor kepada balita usia 1-4 tahun yang terindikasi mengalami stunting.

Dalam penelitian ini, sebanyak 33 balita menjadi peserta yang menerima PMT selama tiga bulan. PMT yang diberikan berupa variasi kudapan menarik yang diolah dengan campuran daun kelor, seperti nugget ayam tempe, sempol, bakso, dimsum, sosis, dan bolu kukus. Pemilihan jenis makanan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik dan penerimaan anak-anak terhadap PMT.

Hasil awal penelitian menunjukkan perkembangan yang positif. Ditemukan bahwa 44,83% balita mengalami peningkatan kadar hemoglobin dalam darah, dan 68,97% di antaranya telah mencapai kadar hemoglobin normal. Selain itu, penelitian juga mencatat adanya perbaikan status gizi balita berdasarkan indikator berat badan per tinggi badan.

Menurut peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN, Dini Ariani, meskipun dampak konsumsi daun kelor terhadap status gizi berdasarkan indikator berat badan atau panjang badan belum signifikan secara statistik, temuan ini membuka peluang untuk intervensi jangka panjang yang lebih terarah dan berkelanjutan. Tantangan utama, menurutnya, terletak pada upaya memberikan pemahaman yang komprehensif kepada masyarakat mengenai manfaat dari bahan pangan lokal seperti daun kelor.

Kolaborasi riset menjadi kunci utama dalam mengubah potensi lokal menjadi solusi kesehatan yang berdampak luas. Penelitian ini juga berupaya memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan gizi berbasis sumber daya lokal. Edukasi dan pendampingan dilakukan secara bersamaan dengan pelatihan kepada ibu-ibu yang bertanggung jawab atas pengolahan makanan, serta kader posyandu, agar mereka mampu mengolah daun kelor menjadi hidangan yang lezat dan bergizi.

BRIN berharap agar hasil riset ini dapat direplikasi di wilayah lain, dengan adaptasi sesuai dengan potensi dan kearifan pangan lokal masing-masing daerah. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Gunungkidul, Diah Prasetyorini, menyatakan bahwa pendekatan yang dilakukan BRIN bersama dengan berbagai instansi lainnya dapat menjadi model nasional dalam penanganan stunting. Diah menekankan bahwa riset ini tidak hanya berfokus pada data, tetapi juga pada transformasi sosial di tingkat akar rumput. Keterlibatan aktif para ibu, pendampingan dari puskesmas, dan pengawalan proses ilmiah oleh BRIN menjadi faktor penting dalam keberhasilan program ini.

  • Manfaat Daun Kelor: Daun kelor dikenal memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, termasuk vitamin, mineral, dan antioksidan, yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
  • Pemberdayaan Masyarakat: Penelitian ini juga berfokus pada pemberdayaan masyarakat lokal dalam memanfaatkan sumber daya pangan yang tersedia di sekitar mereka untuk meningkatkan status gizi anak-anak.
  • Kolaborasi Multisektor: Keberhasilan program ini tidak lepas dari kolaborasi yang baik antara BRIN, IDI, puskesmas, dan masyarakat setempat.