Israel Siap Lancarkan Operasi Skala Penuh di Gaza, Netanyahu Targetkan Penghancuran Hamas
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan rencana untuk melancarkan operasi militer skala penuh di Jalur Gaza dalam beberapa hari mendatang. Pernyataan ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan dan kekhawatiran internasional terhadap eskalasi konflik di wilayah tersebut. Tujuan utama dari operasi ini, menurut Netanyahu, adalah untuk menghancurkan kelompok Hamas yang selama ini menguasai Jalur Gaza.
"Dalam beberapa hari mendatang, kita akan masuk dengan kekuatan penuh untuk menyelesaikan operasi. Menyelesaikan operasi berarti mengalahkan Hamas. Itu berarti menghancurkan Hamas," tegas Netanyahu, seperti yang dikutip dari pernyataan yang dirilis oleh kantornya. Ia juga menambahkan bahwa Israel tidak akan menghentikan perang dan hanya akan mempertimbangkan gencatan senjata sementara, namun akan melakukan segalanya dengan sepenuhnya.
Selain fokus pada operasi militer, Netanyahu juga mengungkapkan bahwa pemerintahannya sedang berupaya mencari negara-negara yang bersedia menerima warga Palestina yang saat ini tinggal di Jalur Gaza. "Kami telah membentuk administrasi yang akan mengizinkan mereka untuk pergi, tetapi ... kami membutuhkan negara-negara yang bersedia menerima mereka. Itulah yang sedang kami kerjakan sekarang," ujarnya. Kantor Perdana Menteri Israel bahkan memperkirakan bahwa lebih dari separuh penduduk Gaza akan memilih untuk pergi jika diberi kesempatan.
Pernyataan ini disampaikan saat Netanyahu bertemu dengan sekelompok tentara Israel yang terluka dalam pertempuran. Sebelumnya, Netanyahu bersikeras bahwa tidak ada kesepakatan gencatan senjata yang lebih luas atau pembebasan sandera lainnya setelah Hamas membebaskan seorang sandera berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat dan Israel, Edan Alexander. Netanyahu juga menegaskan bahwa rencana untuk semakin mengintensifkan operasi militer di Jalur Gaza terus berlanjut.
"Israel tidak berkomitmen untuk gencatan senjata dalam bentuk apa pun," tegas Netanyahu. Pembebasan sandera AS-Israel, menurut Hamas, merupakan isyarat niat baik kepada Presiden AS Donald Trump, yang melakukan kunjungan kenegaraan ke kawasan Timur Tengah pekan ini. Pembebasan itu dilakukan saat operasi militer Israel di Jalur Gaza dihentikan sementara demi memungkinkan perjalanan yang aman bagi pembebasan sandera. Namun tak lama usai sandera yang dibebaskan itu tiba di Israel, militer Tel Aviv kembali menggempur Jalur Gaza dengan menargetkan sebuah rumah sakit.
Perkembangan ini terjadi di tengah upaya diplomatik yang intensif dari berbagai pihak untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi damai bagi konflik Israel-Palestina. Namun, dengan rencana operasi skala penuh yang diumumkan Netanyahu, prospek perdamaian tampaknya semakin jauh dari jangkauan.