Aparat kepolisian berhasil mengungkap praktik pungutan liar (pungli) yang dilakukan oleh sekelompok preman yang mengatasnamakan organisasi masyarakat (ormas) di kawasan Puri Indah, Kembangan, Jakarta Barat. Modus operandi kelompok ini meliputi pemerasan terhadap para pedagang kaki lima (PKL) dengan dalih "uang pangkal" dan biaya keamanan.

Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, Kabid Humas Polda Metro Jaya, mengungkapkan bahwa "uang pangkal" yang ditarik dari setiap PKL mencapai Rp 1 juta. Selain itu, para pedagang juga dipaksa membayar iuran bulanan antara Rp 300.000 hingga Rp 500.000 kepada pihak yang disebut sebagai "pemegang lapak". Tidak hanya itu, para pelaku juga memungut biaya listrik sebesar Rp 10.000 per hari dari para pedagang.

"Rincian terkait uang keamanan dan kebersihan masih dalam proses pendalaman lebih lanjut," ujar Ade Ary saat ditemui di kawasan Puri Indah, Kembangan Selatan, Jakarta Barat, pada Selasa (14/5/2025) malam.

Selain melakukan pemerasan terhadap PKL, kelompok preman ini juga mengelola parkir liar di wilayah Puri Indah. Akibat perbuatannya, sebanyak 22 preman berkedok ormas berhasil diamankan dalam Operasi Berantas Jaya yang digelar pada Selasa (13/5/2025).

Polda Metro Jaya sendiri tengah melaksanakan Operasi Berantas Jaya 2025 selama 15 hari, mulai dari tanggal 9 hingga 23 Mei 2025. Operasi ini bertujuan untuk memberantas segala bentuk aksi premanisme, baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto menegaskan bahwa operasi ini melibatkan 999 personel gabungan dari unsur TNI, Polri, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Rinciannya, 663 personel berasal dari Polri, 306 dari TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara, serta 30 personel dari Pemprov DKI Jakarta.

Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang lebih kondusif. "Tidak ada toleransi dan tidak ada pengecualian," tegas Irjen Karyoto dalam apel gelar pasukan di Lapangan Silang Monas Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (9/5/2025).