Bahaya Mengintai di Balik Sisa Pemusnahan Amunisi: Analisis Ahli dan Imbauan Keamanan
Risiko Mengumpulkan Sisa Logam Bekas Pemusnahan Amunisi: Perspektif Keamanan
Tragedi ledakan di Garut saat pemusnahan amunisi kedaluwarsa milik TNI, yang menelan korban jiwa baik dari kalangan sipil maupun militer, memicu pertanyaan mendasar mengenai keamanan aktivitas di sekitar lokasi pemusnahan. Salah satu isu yang mencuat adalah kebiasaan warga mengumpulkan sisa-sisa logam dari amunisi yang telah diledakkan. Apakah tindakan ini aman? Seorang ahli dari Universitas Indonesia (UI) memberikan pandangannya.
Adrianus Pangaribuan, seorang doktor bidang engineering dari UI, menjelaskan bahwa secara prinsip, sisa-sisa logam dari amunisi yang telah diledakkan sempurna seharusnya relatif aman untuk diambil. Akan tetapi, ia menekankan adanya potensi bahaya laten yang tetap perlu diwaspadai. Menurutnya, karakteristik bahan peledak yang sudah kedaluwarsa sangat bervariasi. Beberapa dapat meledak secara spontan, sementara yang lain memerlukan pemicu tambahan seperti pemanasan sebelum meledak. Kondisi ini menciptakan risiko ledakan susulan yang tak terduga.
"Bisa saja saat diledakkan pertama kali ada yang meledak, ada yang belum karena 'mungkin' perlu proses pemanasan terlebih dahulu. Setelah mencapai kondisi siap nyala, baru terjadi reignition fire disusul proses berikutnya," ungkap Adrianus.
Untuk meminimalkan risiko tersebut, Adrianus menyarankan tindakan pembasahan di area pemusnahan setelah proses peledakan selesai. Tujuannya adalah untuk mencegah sisa bahan peledak mengalami pembakaran ulang secara tiba-tiba. Ia juga menyinggung bahwa TNI sebenarnya telah memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang ketat dalam penanganan pemusnahan amunisi yang tidak layak pakai. Meskipun demikian, insiden di Garut menunjukkan bahwa risiko tetap ada dan kewaspadaan harus ditingkatkan.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi mengungkapkan bahwa warga yang menjadi korban ledakan di Garut saat itu sedang mengumpulkan sisa-sisa granat dan mortir. Aktivitas ini, menurutnya, merupakan hal yang biasa dilakukan warga setiap kali ada pemusnahan amunisi. Namun, pada insiden tersebut, terdapat bom yang belum meledak dan memicu ledakan susulan ketika warga mendekat. TNI berjanji akan melakukan pendalaman untuk mengetahui penyebab terjadinya ledakan susulan dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya mematuhi semua protokol keamanan dan menjauhi area pemusnahan amunisi hingga dinyatakan benar-benar aman oleh pihak berwenang. Mengumpulkan sisa-sisa logam mungkin tampak sebagai aktivitas yang tidak berbahaya, tetapi risiko yang tersembunyi dapat berakibat fatal.