Kekecewaan Wamenaker Memuncak: Sanel Travel Kembali Abaikan Upaya Mediasi Pengembalian Ijazah
Wamenaker Geram: Upaya Pengembalian Ijazah Terhambat Sikap Acuh Sanel Travel
PEKANBARU - Wakil Menteri Tenaga Kerja (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan menunjukkan kekecewaannya setelah kembali gagal bertemu dengan pimpinan Sanel Tour and Travel di Pekanbaru, Riau. Kunjungan kedua ini, yang juga dihadiri Gubernur Riau Abdul Wahid, bertujuan untuk memfasilitasi pengembalian ijazah milik mantan karyawan yang ditahan oleh perusahaan. Namun, upaya tersebut kembali menemui jalan buntu.
Setibanya di kantor Sanel Travel, Wamenaker dan rombongan mendapati Santi, pemilik perusahaan, tidak berada di tempat. Keterangan dari karyawan menyebutkan bahwa Santi sedang berada di Kuala Lumpur, Malaysia. Meskipun demikian, Wamenaker, Gubernur Riau, dan Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Riau Kombes Ade Kuncoro Ridwan memutuskan untuk menunggu kedatangan Santi, yang dijanjikan akan segera tiba.
Penantian selama satu jam tak membuahkan hasil. Ketidakhadiran Santi membuat Immanuel Ebenezer geram. Ia menilai sikap pimpinan Sanel Travel tersebut sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap upaya pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para mantan karyawan.
"Kesal banget," ujar Immanuel Ebenezer kepada awak media, mengungkapkan kekecewaannya.
Sebagai bentuk respons atas sikap tidak kooperatif tersebut, Wamenaker mengeluarkan perintah penutupan perusahaan. Tindakan ini diambil sebagai bentuk protes atas dugaan perbuatan zalim yang dilakukan Sanel Travel terhadap mantan karyawannya. "Saya perintahkan tutup. Saya sudah dua kali datang ke sini, tapi pemilik tidak ada. Ini sangat tidak menghargai negara," tegas Immanuel Ebenezer.
Sebelumnya, pada tanggal 23 April 2025, Wamenaker juga telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kantor Sanel Tour and Travel di Jalan Teuku Umar, Pekanbaru. Sidak tersebut dilakukan setelah menerima laporan mengenai penahanan ijazah terhadap 12 mantan karyawan. Namun, saat itu, Immanuel Ebenezer juga tidak berhasil bertemu dengan pimpinan perusahaan. Permintaan untuk dipertemukan dengan pimpinan perusahaan melalui operator di lantai satu juga tidak mendapatkan respons.
Kasus ini masih terus berlanjut, dengan para mantan karyawan berjuang untuk mendapatkan kembali ijazah mereka. Sementara itu, Santi, pemilik Sanel Tour and Travel, membantah tuduhan penahanan ijazah. Ia mengklaim bahwa para mantan karyawan tersebut bukanlah pekerjanya. Berdasarkan data terbaru, jumlah korban yang ijazahnya diduga ditahan telah meningkat menjadi 47 orang.
Situasi ini menjadi perhatian serius pemerintah, mengingat pentingnya ijazah sebagai dokumen penting bagi setiap individu dalam mencari pekerjaan dan meningkatkan taraf hidup. Pemerintah berkomitmen untuk terus mengawal kasus ini hingga tuntas dan memastikan hak-hak para mantan karyawan terpenuhi.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Wamenaker dua kali gagal bertemu pimpinan Sanel Travel.
- Tujuan kunjungan adalah memediasi pengembalian ijazah mantan karyawan.
- Wamenaker memerintahkan penutupan perusahaan karena tidak kooperatif.
- Jumlah korban yang ijazahnya diduga ditahan mencapai 47 orang.
Kasus ini menjadi sorotan dan diharapkan dapat segera menemukan titik terang demi keadilan bagi para mantan karyawan yang dirugikan. Pemerintah akan terus berupaya untuk melindungi hak-hak pekerja dan memastikan setiap perusahaan menjalankan praktik bisnis yang bertanggung jawab.