Bangkit dari Trauma: Kisah Penyintas dan Generasi Korban Bom Surabaya Merajut Asa
Tujuh tahun berlalu sejak tragedi bom Surabaya mengguncang Indonesia, namun luka yang ditinggalkan masih terasa perih bagi para korban dan keluarga mereka. Fenny Sutyawati, salah seorang penyintas, berbagi kisah tentang perjuangannya untuk berdamai dengan trauma dan membangun kembali kehidupannya.
-
Perjuangan Seorang Ibu:
Fenny, yang menjadi korban saat beribadah di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) pada 13 Mei 2018, mengalami luka bakar yang parah di sekujur tubuhnya. Luka-luka itu menjadi pengingat abadi akan peristiwa mengerikan yang nyaris merenggut nyawanya dan keluarganya. Awalnya, Fenny diliputi kesedihan, ketakutan, dan kehampaan. Namun, sebagai seorang ibu, ia menyadari bahwa dirinya memiliki tanggung jawab untuk terus berjuang demi masa depan anaknya.
"Memang hidup sebagai penyintas itu sungguh sulit melaluinya. Tapi mau enggak mau, hidup terus berjalan, apalagi kita sebagai ibu punya anak, ada tanggung jawab," ujarnya dengan suara bergetar.
Fenny kemudian bangkit dan menata kembali kehidupannya. Ia bekerja sebagai admin di sebuah perusahaan di Surabaya dan berusaha mengubah rasa marah dan trauma menjadi perspektif yang lebih damai. Baginya, hidup harus terus berjalan dan ia harus berubah untuk bisa berdamai dengan keadaan.
-
Semangat Pengabdian Generasi Penerus:
Kisah inspiratif juga datang dari Aqiella Nadya, putri seorang anggota polisi yang menjadi korban bom Surabaya. Aqiella berhasil mewujudkan mimpinya untuk mengikuti jejak sang ayah dengan menjadi seorang polisi wanita (polwan). Ia diterima di Sepolwan Lemdiklat Polri melalui jalur khusus yang diberikan oleh Mabes Polri sebagai bentuk penghargaan atas pengorbanan ayahnya.
Kabar bahagia ini disampaikan langsung oleh Asisten Kapolri Bidang SDM Irjen Pol Prof Dr. Dedi Prasetyo. Momen haru terjadi saat Aqiella memeluk ayahnya sambil berlinang air mata. "Ini buat ayah. Aku lanjutin pengabdian ayah. Terima kasih atas pengorbanan dan doa ayah," ucapnya.
Kisah Fenny dan Aqiella adalah bukti nyata bahwa tragedi bom Surabaya tidak mampu mematahkan semangat para korban dan keluarga mereka. Mereka terus berjuang, beradaptasi, dan menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada keadaan. Luka mungkin masih ada, tetapi harapan akan masa depan yang lebih baik tetap menyala.