AS Pertimbangkan Cabut Sanksi Suriah dalam Kesepakatan Investasi Raksasa dengan Arab Saudi

Amerika Serikat Pertimbangkan Pencabutan Sanksi terhadap Suriah dalam Rangka Kesepakatan Investasi Senilai Triliunan Dolar dengan Arab Saudi

Sebuah perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat tampaknya akan segera terjadi. Presiden Donald Trump mengindikasikan bahwa AS sedang mempertimbangkan pencabutan sanksi yang telah lama diberlakukan terhadap Suriah. Langkah ini diungkapkan saat kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi, di mana Trump berpartisipasi dalam sebuah forum investasi besar di Riyadh.

Indikasi ini muncul di tengah pembicaraan mengenai kesepakatan investasi bernilai fantastis dengan Arab Saudi, diperkirakan mencapai 600 miliar dolar AS atau sekitar Rp 10.000 triliun. Trump secara terbuka menyebut permintaan Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebagai faktor utama dalam pertimbangan pencabutan sanksi tersebut. Pernyataan ini disambut dengan antusias oleh para peserta forum.

Pergeseran Kebijakan dan Implikasi Potensial

Pencabutan sanksi ini akan menandai pergeseran dramatis dari kebijakan AS yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Sejak tahun 1979, Suriah telah masuk dalam daftar negara pendukung terorisme, dan sanksi ekonomi serta pembatasan lainnya telah diberlakukan secara bertahap, terutama setelah konflik internal yang melanda negara tersebut sejak tahun 2011.

Namun, lanskap politik di Suriah telah mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan pemerintahan baru yang berupaya melakukan rekonstruksi pasca-konflik, pencabutan sanksi dapat membuka jalan bagi investasi asing dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.

Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad Al Shibani, menyambut baik potensi pencabutan sanksi tersebut. Dalam sebuah pernyataan, ia menyatakan bahwa langkah ini akan menjadi "awal baru dalam jalur rekonstruksi Suriah."

Kesepakatan Pertahanan dan Fokus Investasi

Selain potensi pencabutan sanksi terhadap Suriah, AS dan Arab Saudi juga dilaporkan telah menandatangani paket kerja sama pertahanan senilai hampir 142 miliar dolar AS. Kesepakatan ini mencakup penjualan sistem pertahanan udara dan rudal, peralatan angkatan udara dan antariksa, serta peningkatan keamanan maritim dan komunikasi. Beberapa perusahaan pertahanan AS terkemuka diharapkan terlibat dalam proyek-proyek ini.

Negosiasi lanjutan bahkan menyiratkan kemungkinan penjualan jet tempur canggih Lockheed F-35 kepada Arab Saudi. Jika terwujud, kesepakatan ini akan semakin memperkuat hubungan pertahanan antara kedua negara.

Kunjungan Presiden Trump ke Arab Saudi juga menyoroti fokus pada kerja sama investasi di berbagai sektor, termasuk energi, pertambangan, dan teknologi. Kesepakatan-kesepakatan ini sejalan dengan Visi 2030, program reformasi ambisius yang diluncurkan oleh Arab Saudi untuk mendiversifikasi ekonominya dan mengurangi ketergantungannya pada minyak.

Selama forum investasi, Trump bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi Saudi, termasuk Gubernur Dana Investasi Publik Yasir Al Rumayyan, CEO Aramco Amin Nasser, dan Menteri Investasi Khalid Al Falih. Beberapa tokoh bisnis terkemuka AS juga hadir, termasuk Elon Musk (CEO Tesla), Sam Altman (CEO OpenAI), Larry Fink (CEO BlackRock), dan Stephen Schwarzman (CEO Blackstone).

Setelah kunjungannya ke Riyadh, Trump dijadwalkan untuk mengunjungi Qatar dan Uni Emirat Arab, di mana ia akan terus mempromosikan investasi dan kerja sama ekonomi.