Pengamat Sepak Bola Kecam Insiden Pelemparan Bus Persik, Soroti Tanggung Jawab Tuan Rumah

Malang, Jawa Timur – Dunia sepak bola Indonesia kembali tercoreng dengan insiden kekerasan yang menimpa bus tim Persik Kediri usai pertandingan melawan Arema FC dalam lanjutan Liga 1 musim 2024-2025. Peristiwa yang terjadi di sekitar Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Minggu (11/5/2025) itu, memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak, termasuk pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali.

Insiden pelemparan batu terhadap bus yang membawa pemain, pelatih, dan ofisial Persik Kediri saat akan kembali ke penginapan menjadi bukti nyata bahwa masalah keamanan dalam penyelenggaraan pertandingan sepak bola di Indonesia belum sepenuhnya teratasi. Akmal Marhali, dalam pernyataannya, menekankan pentingnya penegakan sanksi yang tegas terhadap pihak-pihak yang terlibat, dengan mengacu pada kode disiplin PSSI.

Akmal Marhali menyatakan bahwa klub tuan rumah memiliki tanggung jawab penuh untuk menjamin keamanan dan kenyamanan tim tamu, mulai dari kedatangan, selama pertandingan, hingga kepulangan. Kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab tersebut, menurutnya, harus berkonsekuensi pada sanksi yang tegas.

"Klub tuan rumah harus menjamin keamanan dan kenyamanan tim tamu. Jika terjadi insiden seperti pelemparan, klub harus diberi sanksi karena gagal menjaga keamanan dan ketertiban," tegas Akmal Marhali.

Lebih lanjut, Akmal Marhali menolak penggunaan istilah "oknum" untuk menggambarkan pelaku pelemparan. Ia berpendapat bahwa tindakan tersebut tidak bisa dipisahkan dari konteks pertandingan dan menjadi tanggung jawab klub tuan rumah untuk memastikan keamanan hingga akhir acara.

Akmal Marhali juga mengingatkan bahwa suporter memiliki kewajiban untuk menjaga ketertiban selain hak untuk menonton pertandingan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Keolahragaan Nasional No. 11 Tahun 2022. Pelanggaran terhadap kewajiban tersebut, menurutnya, harus dikenai sanksi, baik melalui mekanisme Football Family maupun melalui jalur hukum pidana.

Insiden ini menjadi sorotan tajam dan diharapkan dapat menjadi momentum untuk evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan dalam penyelenggaraan pertandingan sepak bola di Indonesia, serta penegakan hukum yang tegas terhadap para pelaku kekerasan.