BGN Tegaskan Komitmen Jaga Mutu Menu Makanan Bergizi Gratis di Tengah Isu Kontaminasi Bakteri
Badan Gizi Nasional (BGN) memberikan jaminan terhadap kualitas menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini tengah dijalankan. Kepala BGN, Dadan Hindayana, menegaskan bahwa fluktuasi harga bahan baku tidak akan menjadi faktor yang mengkompromikan mutu gizi yang diterima oleh anak-anak.
"Kenaikan maupun penurunan harga bahan baku tidak boleh mempengaruhi kualitas makanan," ujar Dadan di Jakarta, baru-baru ini. Penegasan ini muncul di tengah kekhawatiran publik terkait isu dugaan keracunan dan temuan bakteri Salmonella dan E. coli dalam sampel makanan MBG di wilayah Bogor.
Dadan menjelaskan bahwa sistem anggaran bahan baku yang diterapkan adalah at cost, yang berarti penggunaan dana akan disesuaikan dengan harga riil di pasar. Jika terdapat sisa anggaran, akan dikembalikan, dan jika kekurangan, akan ditambahkan. Mekanisme ini, menurutnya, bertujuan untuk memastikan ketersediaan bahan baku berkualitas tanpa terpengaruh oleh tekanan ekonomi.
Ia menampik anggapan bahwa kasus dugaan keracunan yang terjadi di Bogor memiliki kaitan dengan upaya penghematan anggaran. "Tidak ada aspek-aspek pengiritan yang mempengaruhi kualitas makanan. Dengan sistem at cost, tidak ada insentif untuk melakukan hal tersebut," tegasnya.
Dengan adanya sistem pembiayaan at cost, BGN menekankan komitmennya untuk menjaga kualitas makanan, meskipun harga bahan baku mengalami peningkatan. Prioritas utama adalah memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang optimal.
Sebelumnya, BGN telah menetapkan pagu anggaran yang berbeda untuk kelompok usia yang berbeda. Untuk anak-anak PAUD hingga siswa SD kelas 3, pagu yang disiapkan adalah Rp 8.000, sedangkan untuk kelompok usia lainnya adalah Rp 10.000. Namun, Dadan menjelaskan bahwa pagu ini dapat disesuaikan berdasarkan tingkat kemahalan bahan baku di masing-masing daerah. Indeks kemahalan daerah yang dirilis oleh Bappenas menjadi acuan dalam penyesuaian pagu tersebut. Sebagai contoh, daerah dengan biaya hidup tinggi seperti Papua atau Puncak Jaya, memiliki pagu yang lebih tinggi.
Isu terkait dugaan keracunan makanan MBG mencuat setelah puluhan siswa di Bogor mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan tersebut. Dinas Kesehatan Kota Bogor mencatat total korban mencapai 223 orang. Sebagian besar korban telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, namun masih ada beberapa yang menjalani perawatan intensif.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya indikasi bakteri Salmonella dan E. coli dalam sampel makanan, khususnya pada telur ceplok yang menggunakan bumbu barbeku, serta tumis tauge dan tahu. Temuan ini menjadi perhatian serius dan mendorong pihak terkait untuk melakukan investigasi lebih lanjut guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
- Daftar Fasilitas Kesehatan yang Merawat Korban Keracunan:
- RS Hermina
- RS Islam
- RSUD Kota Bogor
- RS PMI