Jembatan Mahakam I Samarinda: Hasil Investigasi Pasca-Tabrakan Tongkang

Insiden tabrakan antara Jembatan Mahakam I di Samarinda dan sebuah tongkang pengangkut batu bara pada 26 April 2025 lalu memicu investigasi mendalam terhadap kondisi struktur jembatan. Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Kalimantan Timur telah menyelesaikan serangkaian pengujian teknis untuk memastikan keamanan dan kelayakan jembatan tersebut.

Berdasarkan laporan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR dan Gubernur Kalimantan Timur pada 9 Mei 2025, hasil investigasi awal menunjukkan bahwa struktur Jembatan Mahakam I masih dalam kondisi stabil dan aman untuk dilalui kendaraan. Tim BBPJN telah melakukan berbagai pengujian, termasuk pengukuran geometrik, pengujian dinamis, dan tes Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) pada komponen-komponen vital jembatan.

Berikut rincian pengujian yang dilakukan:

  • Pengukuran Geometrik: Hasil pengukuran menunjukkan bahwa elevasi jembatan tidak mengalami perubahan signifikan setelah benturan.
  • Pengujian Dinamis: Pengujian ini dilakukan dengan menjatuhkan beban 10 ton menggunakan truk untuk mengukur kekakuan struktur jembatan. Hasilnya menunjukkan respons frekuensi yang masih berada dalam batas aman.
  • Tes Ultrasonic Pulse Velocity (UPV): Tes ini dilakukan pada pile cap atau kepala tiang jembatan untuk memastikan kekuatan beton tidak mengalami keretakan akibat benturan. Hasil UPV menunjukkan kondisi yang baik.

Meskipun hasil investigasi menunjukkan kondisi jembatan aman, BBPJN memberikan sejumlah rekomendasi untuk mencegah terulangnya insiden serupa. Rekomendasi utama adalah pengaturan lalu lintas tongkang di bawah jembatan.

BBPJN merekomendasikan agar tongkang dengan bobot hingga 2.000 ton hanya diizinkan melintas saat arus Sungai Mahakam dalam kondisi tenang, yaitu sekitar 2 knot. Pengamanan yang memadai dari instansi terkait juga diperlukan saat tongkang melintas.

Koordinasi dengan berbagai pihak terus dilakukan untuk memperketat pengawasan terhadap kapal-kapal besar yang melintasi area bawah Jembatan Mahakam. Hal ini termasuk memastikan fender atau struktur pelindung jembatan tetap dalam kondisi baik. PT Mitra 7 Samudera, perusahaan yang tongkangnya menabrak jembatan, telah menyatakan kesiapannya untuk memperbaiki fender yang rusak.

Perlu dicatat bahwa ini bukan kali pertama PT Mitra 7 Samudera terlibat dalam insiden serupa. Perusahaan ini sebelumnya juga tercatat pernah menabrak fender jembatan pada 16 Februari 2025. Saat ini, PT Mitra 7 Samudera telah memulai pengujian tanah, arus sungai, dan platimeter sebagai persiapan perbaikan fender di sisi hulu pilar P3 Jembatan Mahakam I.

Insiden ini mendorong pemerintah untuk mengevaluasi kembali manajemen lalu lintas sungai di sekitar Jembatan Mahakam. Selain penguatan fender, opsi lain yang dipertimbangkan adalah pemasangan sistem pengawas arus otomatis dan pelampung pandu untuk kapal-kapal besar yang akan melintas. BBPJN juga menyarankan keterlibatan lebih intens dari instansi berwenang seperti Dinas Perhubungan, KSOP, dan pihak keamanan untuk menjaga keselamatan struktur jembatan.

Jembatan Mahakam I, yang dibangun sejak tahun 1986, merupakan ikon penting Kota Samarinda. Jembatan ini tidak hanya berfungsi sebagai penghubung antar wilayah, tetapi juga sebagai simbol sejarah dan mobilitas utama masyarakat. Oleh karena itu, menjaga keberlangsungan struktur jembatan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan kondisi yang dinyatakan aman, masyarakat Samarinda diimbau untuk tetap tenang, namun tetap mendukung upaya antisipasi dan perbaikan sistem pengaman jembatan.