Toyota Bantah Rumor Akuisisi Produsen Mobil Listrik Neta di Tengah Isu Kebangkrutan

Rumor akuisisi antara raksasa otomotif Jepang, Toyota, dan produsen mobil listrik (EV) asal China, Neta, telah beredar luas. Namun, Toyota secara resmi membantah spekulasi tersebut.

Kabar yang beredar menyebutkan bahwa Toyota akan mengambil alih Neta yang tengah menghadapi kesulitan keuangan. Menanggapi rumor ini, Xu Yiming, Kepala Komunikasi Merek Toyota Motor (China) Investment Co., Ltd., menyatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui adanya rencana akuisisi tersebut dan meminta agar rumor tersebut diklarifikasi.

Sebelumnya, laporan dari Kuai Technology pada 12 Mei 2024 mengindikasikan bahwa Toyota sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi saham Neta Auto, yang sedang berjuang dengan masalah keuangan. Neta diketahui telah aktif mencari sumber pendanaan baru sejak awal tahun 2025 untuk mengatasi krisis yang melanda perusahaan.

Neta dilaporkan berencana mengumpulkan dana sekitar 4 hingga 4,5 miliar yuan (sekitar Rp 9,2 hingga Rp 10,3 triliun). Investor utama diharapkan menyumbang sekitar 3 miliar yuan (sekitar Rp 6,9 triliun) dari total dana yang dibutuhkan. Dana ini rencananya akan digunakan untuk memulihkan produksi dan mendanai pengembangan di masa depan.

Namun, sumber internal Neta Auto mengonfirmasi bahwa hingga pertengahan Mei 2024, investasi baru yang diharapkan belum terealisasi. Hal ini menambah tekanan pada perusahaan yang sedang berjuang dengan masalah keuangan.

Kabar semakin diperburuk dengan terungkapnya catatan pengadilan pada 13 Mei 2024 yang menunjukkan bahwa Hozon New Energy Automobile Co., Ltd., perusahaan induk Neta Auto, tengah menghadapi kasus peninjauan kebangkrutan.

Menurut 'Platform Pengungkapan Informasi Kebangkrutan Perusahaan Nasional', Shanghai Yuxing Advertising Co., Ltd. telah mengajukan kasus tersebut, yang saat ini sedang diproses oleh Pengadilan Rakyat Menengah di Kota Jiaxing, Provinsi Zhejiang.

Proses kebangkrutan di China umumnya dimulai dengan pengajuan pra-reorganisasi atau pengajuan kebangkrutan formal. Setelah kreditor mengajukan likuidasi kebangkrutan, pengadilan wajib memberitahu perusahaan debitur dalam waktu lima hari. Debitur kemudian memiliki waktu tujuh hari untuk mengajukan keberatan atas pengajuan tersebut. Jika reorganisasi dilanjutkan, debitur atau pengurus yang ditunjuk harus menyerahkan draf rencana reorganisasi ke pengadilan dan rapat kreditur dalam waktu enam bulan sejak putusan pengadilan untuk memulai reorganisasi.