Pebriyani Lestarikan Warisan Lontar Bali: Mengungkap Makna Tersembunyi dalam Aksara Kuno
Di tengah hiruk pikuk modernitas, seorang perempuan Bali bernama Ni Komang Ari Pebriyani, atau yang akrab disapa Pebri, teguh menjaga warisan leluhur melalui aksara lontar. Bagi Pebri, lontar bukan sekadar lembaran daun yang bertuliskan aksara Bali kuno, melainkan jendela pengetahuan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Sejak mengenal lontar di bangku SMP, Pebri terpikat oleh keunikan dan kekayaan yang terkandung di dalamnya. Ia menekuni pengrupak (alat untuk menulis di lontar), memahami lungka-lungka (aturan penulisan), hingga menghirup aroma khas tingkih bakar (bahan pewarna lontar). Kecintaannya pada lontar mendorongnya untuk tidak hanya mempelajari, tetapi juga melestarikan dan menyebarluaskan pengetahuan ini kepada generasi muda.
Sebagai seorang praktisi bahasa dan aksara Bali, Pebri aktif mengajar anak-anak di berbagai sekolah, banjar, dan desa. Ia prihatin dengan kondisi pendidikan bahasa Bali yang terkadang kurang mendapat perhatian. Kekhawatiran ini memacunya untuk turun tangan langsung, membangkitkan minat anak-anak terhadap aksara lontar melalui metode pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif.
Mengupas Teka-Teki Lontar
Bagi Pebri, lontar ibarat teka-teki yang penuh dengan kode rahasia. Setiap aksara, setiap kata, menyimpan makna mendalam yang perlu diuraikan. Proses ini membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan pemahaman yang mendalam tentang budaya dan tradisi Bali. Ia mengakui bahwa mempelajari lontar tidaklah mudah. Kadang kala, ia menemukan kata-kata yang tidak tertera dalam kamus, sehingga perlu mencari tahu dari berbagai sumber, termasuk para tetua adat.
Namun, kesulitan ini justru menjadi daya tarik tersendiri. Pebri merasa tertantang untuk terus belajar dan menggali pengetahuan yang tersembunyi dalam lontar. Ia percaya bahwa lontar adalah identitas Pulau Dewata yang harus dijaga dan dilestarikan.
Widyaksara Nyurat Lontar: Mewujudkan Mimpi
Pada tahun 2011, Pebri mewujudkan mimpinya dengan mendirikan Widyaksara Nyurat Lontar, sebuah usaha yang bergerak di bidang penulisan, penerjemahan, dan penjualan peralatan lontar. Melalui Widyaksara Nyurat Lontar, Pebri ingin memperkenalkan lontar kepada masyarakat luas, tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai produk kreatif yang bernilai ekonomi.
Ia berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan produk-produk kekinian yang menggunakan bahan dasar lontar, seperti hiasan dinding, gantungan kunci, dan bahkan menu restoran. Inovasi ini bertujuan untuk menarik minat generasi muda terhadap lontar dan membuktikan bahwa warisan budaya ini tetap relevan di era modern.
Sanggar Widyak Aksara: Ruang Kreativitas Anak
Bersama suaminya, Pebri juga mendirikan Sanggar Widyak Aksara, sebuah wadah bagi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan berbahasa Bali. Di sanggar ini, anak-anak diajak untuk belajar puisi bahasa Bali, mesatua (bercerita), matembang (bernyanyi), dan belajar aksara sambil bermain. Pebri berharap, melalui kegiatan ini, anak-anak dapat mencintai bahasa dan budaya Bali sejak dini.
Pebri mengajak seluruh masyarakat Bali untuk bersama-sama mempertahankan dan melestarikan tradisi menulis lontar. Ia menekankan bahwa mempelajari lontar memang membutuhkan kesabaran dan ketekunan, tetapi hasilnya akan sangat memuaskan. Ia berharap, dengan semakin banyak orang yang tertarik mempelajari lontar, warisan budaya ini akan terus hidup dan berkembang di masa depan.
Ajakan Melestarikan Lontar
Sebelum tradisi ini diklaim oleh bangsa lain, Pebri mengajak masyarakat Bali untuk bergerak bersama melestarikan tradisi penulisan lontar. "Jangan takut dan jangan menyerah untuk mempelajarinya. Di awal memang agak sulit. Tapi jika sudah tahu teknik yang benar, maka akan seru sekali," ajaknya dengan semangat.